Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri besi dan baja mengaku akan mendukung penuh rencana pemerintah untuk memangkas masuknya impor baja hingga 50 persen pada tahun ini.
Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Silmy Karim mengatakan secara arah kebijakan pemerintah saat ini sudah lebih baik dalam mendukung industri dalam negeri meski masih perlu penyempurnaan. Pasalnya banjir produk impor juga terbukti telah menggerus neraca perdagangan.
"Tahun lalu impor baja sudah turun 30 persen itu sudah prestasi menurut kami dan tahun ini ditargetkan mencapai 50 persen itu kalau bisa tercapai sudah top sekali," katanya dalam diskusi virtual, Jumat (29/1/2021).
Silmy menyebut kebijakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga berpotensi meningkatkan penggunaan besi dan baja lokal ke depan. Menurutnya, dengan pemerintah mewajibkan penggunaan produk dalam negeri artinya pemerintah telah memainkan perannya dengan sangat baik.
Sementara itu, pria yang menjabat sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. ini juga menyebut secara kinerja industri besi dan baja saat ini semakin membaik. Terbukti, perseroan masih mampu mencapai pertumbuhan 20 persen sepanjang tahun pandemi lalu.
"Perusahaan lain saya lihat juga sudah membaik, awan cerah sudah terlihat kami juga berharap tahun ini ada safeguard produk tertentu yang bisa diperpanjang karena negara lain sudah ekstra ketat dan ini menjadi masalah hidup dan mati," ujar Silmy.
Baca Juga
Silmy sebelumnya menyebut secara industri saat ini pemulihan sudah memasuki level 80 persen, industri mengapresiasi sejumlah upaya pemerintah di antaranya pembatasan produk impor yang dilakukan tahun ini dan pemberian harga gas US$6 per MMBTU.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis volume produksi industri baja nasional pada akhir 2020 akan tumbuh positif.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan pertumbuhan positif di akhir 2020 didorong oleh perbaikan rata-rata utilisasi industri baja per Agustus 2020. Namun demikian, dia mengakui utilisasi per Agustus 2020 masih jauh dari kondisi normal.
"[Utilisasi industri baja] itu sudah tinggi, di era [pandemi] Covid-19 ya. Karena pembandingnya adalah [utilisasi sebelumnya] di era Covid juga. Jangan [dibandingkan] pas kondisi normal sebelum [pandemi. Kalau kondisi normal, [utilisasi industri baja] itu 70-75 persen," katanya.
Taufik menilai peningkatan utilisasi tersebut akan terjaga dan akan meningkat hingga akhir tahun. Menurutnya, peningkatan tersebut akan didorong oleh perusahaan-perusahaan milik negara yang melanjutkan proyek konstruksinya di kuartal IV/2020.