Bisnis.com, JAKARTA – Perbincangan nikel dan kobalt Indonesia untuk jadi bahan baku baterai mobil listrik mengemuka. Sampai-sampai, pabrikan AS sekelas Tesla melirik pasar nikel Indonesia.
Namun, berapa kira-kira rencana kapasitas output produksi nikel Indonesia yang bisa diolah menjadi setara kobalt ya?
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada Booklet Logam Tanah Jarang, menunjukkan Indonesia memiliki cadangan terbukti bijih nikel limonit sebanyak 359 juta ton.
Publikasi yang diterbitkan pada September 2020 tersebut juga mengungkapkan bahwa produk logam tanah jarang dan scandium didapatkan dari produk samping olahan HPAL (high pressure acid leaching) nikel-kobalt.
Masih berdasarkan publikasi itu, juga menunjukkan bahwa Indonesia saat ini tengah dalam tahap pendirian pabrik pengolahan dan pemurnian bijih nikel laterit proses hidrometalurgi dengan kapasitas input total sebanyak 29,2 juta ton per tahun.
Perusahaan tersebut akan mengolah bijih nikel laterit secara hidrometalurgi dan akan menghasilkan nikel dan kobalt serta sejumlah scandium yang dapat diekstrak.
Siapa saja perusahaan itu? Pertama, ada PT Huayue Bahodopi yang berlokasi di IMP Industrial Park Morowali, Sulawesi Tengah. Perusahaan ini memiliki kapasitas input bijih nikel sebanyak 11 juta ton bijih per tahun.
Dari fasilitas tersebut, diperkirakan mampu menghasilkan sekitar 60.000 ton setara nikel per tahun, 7.800 ton setara kobalt per tahun dan 440 ton setara scandium per tahun (dengan asumsi kadar scandium dalam bijih 50 ppm recovery 80%.
Kedua, QMB Bahodopi yang juga berlokasi di IMP Industrial Park Morowali, Sulawesi Tengah. Perusahaan ini memiliki fasilitas pengolahan dengan kapasitas input 5 juta ton bijih per tahun.
Dari fasilitas itu diperkirakan akan menghasilkan 50.000 ton setara nikel per tahun, 4.000 setara kobalt per tahun dan 200 setara scandium.
Ketiga, PT Halmahera Persada Lygen yang berlokasi di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Perusahaan ini memiliki fasilitas dengan kapasitas input sebesar 5,2 juta ton bijih per tahun.
Dari fasilitas itu, diproyeksikan akan menghasilkan 55.000 ton setara nikel per tahun,, 6.500 ton setara kobalt per tahun dan 332 ton scandium.
Keempat, PT Smelter Nikel Indonesia yang berlokasi di Banten. Perusahaan ini memiliki kapasitas input sebesar 2,4 juta ton bijih per tahun. Fasilitas ini diproyeksikan akan menghasilkan 30.400 ton bijih per tahun, 3.060 ton setara kobalt per tahun (dengan asumsi kadar kobalt sebesar 4%), serta 96 ton setara scandium per tahun.
Kelima, PT Andhikara Cipta Mulia yang berlokasi di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Fasilitas ini memiliki kapasitas input sebesar 2,4 juta ton bijih per tahun. Dari jumlah itu, diperkirakan mampu menghasilkan 30.400 ton setara nikel per tahun, 3.060 setara kobalt per tahun dan 96 ton setara scandium per tahun.
Keenam, PT Vale Indonesia. Fasilitas ini diperkirakan mampu menyerap 3,2 juta ton bijih per tahun. Dari fasilitas itu, diproyeksikan mampu menghasilkan 40.000 ton setara nikel per tahun, 6.000 setara kobalt per tahun dan 160 ton setara scandium per tahun.