Bisnis.com, SUBANG - Sebagai operator sementara Pelabuhan Patimban, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) memprioritaskan perekrutan tenaga kerja dari warga sekitarnya dengan tetap menyesuaikan standar kualifikasi.
Direktur Utama Pelindo III Saefudin Noer menuturkan bahwa sebagai badan usaha pelabuhan (BUP) BUMN yang ditugaskan menjadi operator sementara Pelabuhan Patimban, Subang, pihaknya akan berupaya maksimal.
"Kami BUP BUMN yang dapat amanah mengoperasikan sementara sesuai arahan menteri kami sungguh-sungguh berupaya menyukseskan tugas ini," jelasnya di Pelabuhan Patimban, Minggu (10/1/2021).
Dia menegaskan agar menunjang kesuksesan pengoperasian sementara Pelabuhan Patimban, pihaknya melibatkan anak usahanya yakni PT Terminal Teluk Lamong. Pihaknya juga mulai merekrut karyawan dari warga Subang.
"Kami ingin memastikan penugasan sukses sesuai pemerintah, kami melibatkan PT Terminal Teluk Lamong, kami juga memprioritaskan dan sudah mendapatkan karyawan dari Subang ini dengan merekrut melalui PT Pelindo Daya Sejahtera," urainya.
Saefuddin tidak ingin berkomentar lebih jauh perihal peran Pelindo III sebagai induk usaha PT Terminal Petikemas Surabaya yang menjadi anggota Konsorsium Patimban pemenang lelang operator Pelabuhan Patimban.
Baca Juga
Menurutnya, hal ini menjadi tanggung jawab dari keseluruhan anggota konsorsium yang didominasi perusahaan swasta. Dia juga enggan menanggapi mengenai rencana Konsorsium Patimban ke depan untuk membentuk joint operation dengan konsorsium asal Jepang.
Di sisi lain, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membenarkan Konsorsium pengelola Pelabuhan Patimban merupakan perusahaan joint operation antara Indonesia dan Jepang. Dengan demikian, konsorsium pimpinan CTCorp yang terpilih sebagai operator pemenang lelang perlu membentuk perusahaan patungan bersama Jepang.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub R Agus H Purnomo menuturkan bahwa setelah konsorsium Patimban sebagai operator Pelabuhan sudah berkontrak resmi dengan pemerintah, diwajibkan mencari partner operator.
"Ya nanti setelah konsorsium itu [CTCorp] kontrak resmi ditunjuk, mereka akan mencari partner, partner-nya saya kira yang paling nominatif dari Jepang saya kira, karena ya pelabuhannya dibuat Jepang, tentu nanti akan diskusi dengan kami sebagai regulator," urainya.
Dia menegaskan faktanya saat ini kargo kendaraan atau mobil-mobil baik yang diekspor maupun dikirim ke pulau lain di Indonesia paling banyak merupakan kendaraan pabrikan Jepang. Dengan demikian, wajar jika Jepang menjadi partner paling potensial menjadi operator pelabuhan.
"Jadi mereka sudah mulai diskusi saya kira, tapi saya tidak ikut sampai jauh ke sana tapi secara political will, baik secara dana juga dari JICA, kargo kendaraan juga Jepang banyak, bahkan impor mobil pun dari Jepang juga masih ada. Saya kira mereka akan ke sana," paparnya.