Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa New York Batalkan Rencana Depak Tiga Perusahaan China

Langkah NYSE ini diputuskan hanya empat hari setelah bursa mengatakan akan menghapus saham China Mobile Ltd., China Telecom Corp. dan China Unicom Hong Kong Ltd. untuk mematuhi perintah eksekutif AS.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek New York (NYSE) mengatakan akan membatalkan penghapusan tiga perusahaan telekomunikasi terbesar milik China, bertolak belakang dengan rencana sebelumnya.

Dilansir Bloomberg, langkah NYSE ini diputuskan hanya empat hari setelah bursa mengatakan akan menghapus saham China Mobile Ltd., China Telecom Corp. dan China Unicom Hong Kong Ltd. untuk mematuhi perintah eksekutif AS. NYSE mengatakan telah melakukan konsultasi dengan otoritas regulasi yang relevan sebelum membatalkan keputusan penghapusan ini.

Saham China Mobile, China Telecom dan Unicom menguat karena perkembangan terbaru, keduanya naik lebih dari 6 persen di bursa Hong Kong. Kedua perusahaan belum memberikan komentar mengenai pembatalan penghapusan ini.

Pada Malam Tahun Baru, NYSE mengatakan akan menghapus perusahaan dari indeksnya untuk mematuhi perintah Presiden AS Donald Trump pada November yang melarang investasi Amerika di perusahaan China yang dimiliki atau dikendalikan oleh militer.

Ini adalah pertama kalinya bursa Amerika mengumumkan rencana untuk mendepak perusahaan China sebagai akibat langsung dari meningkatnya ketegangan geopolitik antara kedua negara adidaya tersebut.

Langkah untuk menghapus saham dari pasar modal telah meningkatkan kekhawatiran tentang sanksi balas dendam terhadap perusahaan China dan Amerika. Perusahaan China selama ini mengincar pasar saham AS untuk modal dan prestise internasional selama lebih dari dua dekade terakhir dan telah mengumpulkan setidaknya US$144 miliar dari beberapa investor terbesar dunia.

Sementara itu, bank-bank asal AS sangat ingin melihat penurunan ketegangan antar kedua negara setelah mendapatkan ruang lingkup luas untuk beroperasi di China tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper