Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa industri keuangan syariah tumbuh mengesankan selama tiga dasawarsa atau sejak berdirinya bank syariah pada 1992 lalu.
Akan tetapi tantangan dihadapi dari segi sumber daya manusia (SDM). Hal ini perlu ditingkatkan kualitasnya agar memiliki daya saing.
"Dalam rangka kebutuhan SDM di bidang keuangan syariah, Indonesia menyiapkan program studi, fakultas, bahkan sekolah tingggi yang khusus mengembangkan keuangan syariah," katanya saat sambutan melalui diskusi virtual, Selasa (29/12/2020).
Berdasarkan hitung-hitungannya, Sri menjelaskan bahwa setiap tahun ada 40.000 lulusan dari pendidikan ekonomi dan keuangan syariah. Jumlah tersebut tentu sangat besar.
Akan tetapi kuantitas tersebut juga menimbulkan masalah. Penyebabnya ada ketidaksamaan antara kebutuhan pasar dengan SDM yang dihasilkan.
"SDM yang bekerja di sektor keuangan syariah 90 persen bukan berasal dari lulusan program studi ekonomi Islam dan keuangan syariah. Malah justru dari program studi yang lain," jelasnya.
Ini disebabkan lulusan tersebut tidak dilengkapi dengan kompetensi teknis yang dibutuhkan industri. Sementara dari perspektif dunia usaha, lebih mudah dan murah memanfaatkan yang ada lalu diberi pengetahuan sedikit tentang ekonomi syariah.
"Tidak sedikit SDM yang diambil bahkan dari lembaga keuangan konvensional. Karena mereka paham indusri, paham konsumen, dan memiliki pengalaman memadai," ucap Sri.