Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PLN Masih Kaji Rencana Subtitusi PLTU Suralaya Pakai EBT

PLTU Suralaya merupakan pembangkit tua yang biaya pokok produksinya murah.
PLN mengoperasikan Gardu Induk (GI) Wayame berkapasitas 2 x 30 Mega Volt Ampere (MVA). Istimewa/PLN
PLN mengoperasikan Gardu Induk (GI) Wayame berkapasitas 2 x 30 Mega Volt Ampere (MVA). Istimewa/PLN

Bisnis.com, JAKARTA -- PT PLN (Persero) masih mengkaji potensi penggantian PLTU Suralaya dengan pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).

Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura, dan Bali PLN Haryanto WS mengatakan, PLTU Suralaya merupakan pembangkit strategis bagi PLN. Hal ini karena PLTU Suralaya merupakan pembangkit tua yang biaya pokok produksinya murah.

"Pembangkit yang sudah lama, tapi secara aset itu nilainya sudah mendekati nol sehingga biaya pokok produksinya murah," ujar Haryanto saat ditemui, Rabu(23/12/2020).

PLN masih mengkaji rencana pengembangan ke depan PLTU yang sudah berusia lebih dari 25 tahun tersebut.

"Sampai saat ini, kami belum putuskan bagaimana pengembangan PLTU Suralaya ke depan, khususnya unit 1-4," kata Haryanto.

Sebelumnya, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris mengatakan bahwa PLTU Suralaya berpotensi diganti dengan pembangkit EBT.  

PLTU yang memiliki tujuh unit pembangkit dengan kapasitas total 3,4 gigawatt (GW) itu merupakan salah satu PLTU tertua dan terbesar di Indonesia.    

"Mengonversi pembangkit yang sudah tua, seperti PLTU Suralaya.  Sekarang umurnya 36 tahun, 4 tahun ke depan sudah 40 tahun.  Kalau masih dipertahankan dampak ke lingkungannya, cost production," ujar Harris dalam sebuah webinar, Senin (14/12/2020).

Menurut Harris, dalam draf RUPTL PLN 2021-2030 terdapat empat unit pembangkit PLTU Suralaya dengan total kapasitas 1,6 GW akan dipensiunkan pada 2028, yakni unit 1 dan 2 (2x400 MW) yang beroperasi sejak 1984, serta unit 3 dan 4 (2x400 MW) yang beroperasi sejak 1989.

Total kapasitas PLTU 1,6 GW tersebut berpotensi dapat digantikan dengan 1,6 GW pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), 1,6 GW pembangkit listrik tenaga air (PLTA), atau dengan 7,74 GW pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan 3,097 GW baterai.  

Dalam materi paparan Harris, konversi PLTU Suralaya ke pembangkit EBT menghadapi sejumlah kendala.  Beberapa diantaranya adalah phase out pembangkit tidak bisa dipercepat karena pembangkit unit 1 dan unit 2 diagunkan hingga 2025 dan saat ini, proyek PLTU Suralaya unit 9 dan 10 (2x1.000 MW) masih berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper