Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menyebutkan bahwa para investor dalam proyek pembangunan kilang lebih tertarik dengan kilang yang terintegrasi untuk memproduksi petrokimia.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Refinery and Petrochemical Sub Holding Pertamina Ignatius Tallulembang mengungkapkan bahwa apabila pembangunan kilang hanya difokuskan untuk produksi bahan bakar minyak (BBM) maka nilai keekonomian atau internal rate of return (IRR) tidak akan tercapai.
Untuk itu, dalam strategi besar pembangunan kilang Pertamina lebih berfokus pada produk bernilai tinggi yang salah satunya mengintegrasikan kilang BBM dengan petrokomia.
Setelah seluruh proyek peningkatan dan pembangunan kilang rampung, produksi petrokimia Pertamina akan meningkat dari 1,7 juta ton per tahun menjadi 8,6 juta ton per tahun pada 2027.
"Kalau bicara pembangunan kilang jika kita berfokus pada produksi BBM saja, nilai keekonomiannya atau IRR tidak akan maksimal atau kita sebut marginal," katanya dalam acara Energy Corner, CNBC TV Indonesia, Senin (14/12/2020).
Ignatius menambahkan bahwa selain mengintegrasikan kilang, salah satu upaya meningkatkan daya tarik investor adalah dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dalam proyek-proyek kilang. Dengan ditetapkannya proyek kilang sebagai proyek strategis nasional (PSN), akan terdapat sejumlah insentif-insentif yang didapatkan.
Baca Juga
Menurutnya, dengan ditetapkan sebagai PSN, maka proyek kilang akan mendapatkan kemudahan dalam perizinan, pemberinan insentif fiskal berupa tax holiday. Dengan demikian, keekonomian proyek kilang itu dapat lebih meningkat dan menarik para investor.
"Dengan langkah tadi itulah upaya-upaya yang kita bisa hasilkan untuk mendapatkan nilai keekonomian yang menarik bagi Pertamina itu tentu akan lebih baik karena akan mempercepat return," ungkapnya.