Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla menyebutkan bahwa bisnis di Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan negara lain. Menurutnya, orang terkaya di Tanah Air didominasi oleh mereka yang berbisnis di bidang rokok.
Menurut Kalla, kondisi yang terjadi di Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat, India dan bahkan Jepang. Di negara-negara tersebut, daftar taipannya justru didominasi oleh mereka yang berbisnis di bidanng teknologi, modal ventura dan energi.
“Orang paling kaya [peringkat] satu, dua dan tiga [di Indonesia] adalah pebisnis rokok. Di dunia mana ada yang begitu? Gak ada!,” katanya dalam seminar Indef, Rabu (9/12/2020).
Lalu apakah benar, orang di peringkat teratas dengan kekayaan tertinggi di Indonesia berasal dari bisnis rokok?
Jika mengacu pada data terbaru Forbes Billionaire Index per 9 Desember 2020, maka benar yang disebut oleh Kalla jika peringkat teratas orang terkaya di Indonesia memiliki bisnis rokok.
Pasalnya, peringkat pertama dan kedua orang terkaya di Indonesia ditempati oleh Budi Hartono dan Michael Hartono. Budi menempati peringkat satu Indonesia dan 84 dunia sementara Michael menempati posisi kedua di Indonesia dan 95 dunia.
Baca Juga
Masing-masing taipan tersebut memiliki kekayaan US$19,7 miliar dan US$18,9 miliar. Baik Budi maupun Michael yang sering disebut Hartono Bersaudara itu, memang terkenal sebagai orang dibalik perusahaan raksasa rokok di Indonesia yakni PT Djarum.
Namun selain mengandalkan bisnis rokok, Hartono Bersaudara juga memiliki ladang bisnis lain yang menjajikan yakni perbankan. Perusahaan bank di Indonesia yang dimilikinya adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).
Sementara itu, apabila menilik peringkat ketiga orang terkaya di Indonesia, maka posisi itu diisi oleh Prajogo Pangestu. Berdasarkan data Forbes Billionaire Index, Prajogo menempati posisi ketiga sebagai orang terkaya dunia dan peringkat 294 dunia.
Nilai kekayaanya pria yang menggantungkan bisnis utamanya di bidang petrokimia itu ditaksir sebesar US$7,6 miliar.
Prajogo sendiri memulai bisnisnya dari penjualan kayu usai berhenti dari PT Djajanti Group milik Burhan Uray. Bisnis tersebut diberi nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan yang bergerak di bidang pengolahan hasil hutan. Usahanya pun berkembang hingga akhirnya perusahaan tersebut berganti nama menjadi PT Barito Pacific Tbk,
Semasa pemerintahan Presiden Soeharto, usahanya itu meraih kejayaan. Prajogo kemudian melirik bidang petrokimia. Barito Group akhirnya mengalami perkembangan pesat hingga merambah ke sektor petrokimia, minyak sawit hinga properti. Prajogo pun mengakuisisi saham PT Chandra Asri dan Tri Polyta Indonesia yang sekarang menjadi perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia.