Bisnis.com, JAKARTA — Kendati pandemi Covid-19 telah menghantam kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk., hal itu tidak menyurutkan minat perseroan untuk mengakuisisi aset-aset migas.
Direktur Utama Medco Energi (MEDC) Hilmi Panigoro menjelaskan bahwa dalam bisnis migas tidak dapat hanya mengandalkan ekspansi secara organik dengan cara eksplorasi. Namun, ekspansi anorganik melalui akuisisi juga diperlukan untuk menambah cadangan sumber daya.
Pada saat harga minyak sedang tinggi, akses pendanaan maka akan semakin banyak dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan eksplorasi. Sementara itu, pada saat harga minyak melemah, biasanya terdapat aset-aset bagus dengan harga yang realistis untuk diakuisisi.
"Kalau kondisi 2021 masih kurang kondusif, tetapi ada aset-aset yang available dengan harga menarik dan sifat akritif terhadap perusahaan, kami tetap akan kejar," kata Hilmi dalam paparannya kepada media, Selasa (8/12/2020).
Dia menambahkan bahwa Medco telah menetapkan empat strategi untuk mendukung visi pemerintah untuk target produksi siap jual atau lifting minyak 1 juta barel pada 2030 dengan empat strategi.
Dia memaparkan bahwa pihaknya akan terus meminimalisasi tingkat penurunan produksi alamiah dari lapangan-lapangan yang dimiliki saat ini. Selain itu, emiten berkode saham MEDC tersebut berusaha mempercepat sumber daya yang ada menjadi cadangan.
Baca Juga
Selanjutnya, Hilmi mengatakan bahwa guna meningkatkan produksi, perlu pengoptimalan penerapan teknologi tingkat lanjut seperti enhanced oil recovery (EOR), dan kegiatan eksplorasi secara masif.
"Sekarang keempat-empatnya kita laksanakan dengan pararel," ungkapnya.
Namun, pada tahun ini pandemi Covid-19 telah memberi dampak cukup besar terhadap kinerja perseroan. Untuk itu, MEDC mau tidak mau harus lebih mengencangkan ikat pinggang.
Permintaan energi yang melemah hampir sekitar 40 persen membuat melemah hanya harga komoditas energi. Hal itu membuat MEDC memangkas anggaran investasinya.
Adapun, anggaran belanja modal MEDC tahun ini direvisi menjadi US$194 juta. Anggaran tersebut diprioritaskan untuk kegiatan bisnis migas sebesar US$147 juta dan bisnis kelistrikan sebesar US$47 juta.
"Kami juga pada tahun ini memangkas capex [capital expenditure] hampir 50 persen. Dari awalnya target kami US$340 juta. Kami pangkas setengahnya," ungkapnya.