Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Bunga Rendah Dongkrak Pasar Perumahan Australia

Bisnis properti subsektor perumahan di Australia bangkit kembali setelah penerapan tingkat bunga yang rendah membuat para pembeli hunian segera merealisasikan recana mereka.
Tanda 'Disewakan' tampak di luar sebuah properti di Brooklyn, tepi kota Melbourne, Australia./Bloomberg/Carla Gottgens
Tanda 'Disewakan' tampak di luar sebuah properti di Brooklyn, tepi kota Melbourne, Australia./Bloomberg/Carla Gottgens

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar perumahan Australia bangkit kembali karena tingkat suku bunga terendah yang mencapai rekor memicu permintaan dari pembeli rumah pertama, mengangkat kesepakatan untuk pembelian untuk rumah baru ke posisi tertinggi dalam 20 tahun.

Data dari konsultan properti CoreLogic pada Selasa (1/12/2020) menunjukkan harga rumah naik 0,8 persen pada November, dua kali lipat dari kenaikan pada Oktober, membuat kenaikan 3,1 persen pada tahun ini.

"Pada November permintaan pinjaman rumah lebih kuat daripada yang kita lihat selama lebih dari 2 tahun," kata eksekutif National Australia Bank untuk kepemilikan rumah Andy Kerr.

"Pendaftaran pembelian rumah selama 6 pekan terakhir naik lebih dari 25 persen dibandingkan dengan 6 pekan sebelumnya. Kami memperkirakan minat yang kuat untuk berlanjut mengingat kemungkinan suku bunga rendah selama beberapa tahun."

Itu akan menjadi dorongan yang disambut baik untuk daya beli konsumen mengingat saham perumahan Australia diperkirakan bernilai Aus$7,2 triliun.

Perkembangan ini menghidupkan kembali sektor konstruksi dengan persetujuan untuk rumah baru mengalahkan semua ekspektasi dengan kenaikan 3,8 persen pada Oktober.

Kondisi ini adalah perubahan yang luar biasa dari kondisi tertekan akibat lockdown virus Covid-19 pada April ketika para analis khawatir harga rumah bisa turun 10 persen atau lebih tahun ini.

Bulan lalu Reserve Bank of Australia (RBA) memangkas suku bunga ke level terendah sepanjang masa sebesar 0,1 persen dan meningkatkan pembelian obligasi dalam upaya untuk menekan biaya hipotek lebih jauh.

Angka yang akan dirilis pada Rabu (2/12/2020) diprediksi menunjukkan produk domestik bruto (PDB) rebound sebesar 2,5 persen pada kuartal ketiga, kenaikan terbesar sejak 2008.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : The Business Times
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper