Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikut AS, Inggris Bakal Larang Pemasangan Jaringan 5G Huawei

Inggris melarang pemasangan perangkat jaringan 5G dari Huawei Technologies Co perusahaan milik China.
Warga menggunakan smartphone berjalan melewati papan Taman 5G di markas Huawei Technologies Co. di Shenzhen, China, Rabu(22/5/2020).Bloomberg/Qilai Shen
Warga menggunakan smartphone berjalan melewati papan Taman 5G di markas Huawei Technologies Co. di Shenzhen, China, Rabu(22/5/2020).Bloomberg/Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA – Inggris akan melarang pemasangan perangkat jaringan 5G dari Huawei Technologies Co pada September 2021 mendatang.

Pembatasan tersebut merupakan bagian dari paket awal senilai 250 juta pound sterling (Rp4,7 triliun) yang menjadi langkah diversifikasi rantai pasokan nirkabel Inggris yang diumumkan oleh Departemen Digital, Budaya, Media dan Olahraga.

Pengatatan aturan tersebut juga dapat membantu menjawab tantangan dari anggota parlemen di Partai Konservatif yang berkuasa untuk mencari pembatasan yang lebih ketat terhadap produsen peralatan jaringan asal China tersebut.

Melansir Bloomberg pada Senin (30/11/2020), Menteri Inggris mengumumkan pada bulan Juli bahwa penggunaan Huawei akan dilarang dari jaringan seluler 5G di Inggris pada tahun 2027. Pembelian dilarang mulai Januari 2021.

Untuk mematuhi aturan tersebut, perusahaan telekomunikasi harus berhenti membeli komponen dari Huawei. Namun, larangan baru ini dapat mempercepat rencana mereka untuk merombak sistem.

Tindakan keras itu menyusul dorongan AS agar sekutunya mengecualikan Huawei dengan alasan ancaman keamanan yang tidak dapat diterima. Tuduhan tersebut terus dibantah oleh perusahaan.

Pada Januari, pejabat Inggris mengatakan Huawei dapat melakukan bisnis secara terbatas dengan risiko yang dapat dikelola. Sejak saat itu, mereka berbalik mendukung larangan menyusul sanksi AS yang diberlakukan pada bulan Mei, dengan mengatakan tekanan AS pada rantai pasokan silikon Huawei berarti keamanannya tidak lagi dapat dijamin.

Operator telekomunikasi seperti BT Group Plc sekarang akan bergantung pada duopoli Nokia Oyj dan Ericsson AB. Kedua perusahaan Nordik tersebut telah memenangkan kontrak besar setelah larangan Huawei.

Untuk membantu mengurangi ketergantungan tersebut, pemerintah akan memulai National Telecoms Lab pada 2022 untuk meneliti keamanan dan meningkatkan kompatibilitas antar vendor, serta mendanai uji coba dengan calon penantang seperti perusahaan Jepang, NEC Corp, untuk memudahkan pesaing memasuki pasar. Menetapkan jalur untuk menghentikan teknologi 2G dan 3G juga akan mempercepat proses diversifikasi.

Operator akan dilarang melakukan alihdaya manajemen layanan ke Huawei mulai April 2021 selain dalam keadaan tertentu, kata pemerintah. Konsultasi tentang aturan untuk jaringan broadband juga tengah dilakukan.

Inggris akan mempertimbangkan insentif komersial untuk membantu operator melakukan diversifikasi, menurut strategi rantai pasokan 5G yang diterbitkan.

Pemerintah juga akan berupaya merangsang permintaan. Pasalnya Inggris hanya menyumbang 2 persen dari pendapatan global vendor.

Duopoli Nokia dan Ericsson mewakili risiko ketahanan yang tidak dapat ditoleransi dan jika tidak ada intervensi, kecil kemungkinannya pasar akan melakukan diversifikasi.

"Jadi langkah-langkah perlu diambil untuk mengatasi hambatan masuk seperti praktik komersial yang agresif, antarmuka tertutup, dan kontrol atas pengaturan standar tubuh, "kata pernyataan itu seperti dikutip Bloomberg Senin (30/11/2020).

Studi tersebut mengatakan pasar global 'jaringan akses radio' untuk peralatan penting seperti antena adalah 80 persen terdiri dari Nokia, Ericsson dan Huawei, dengan 11 persen lainnya dijual oleh ZTE Corp China, vendor lain yang dianggap "berisiko tinggi" oleh Inggris, dan 5 persen oleh Samsung Electronics Co Ltd Korea Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper