Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian akan memacu manufaktur di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) untuk memasuki revolusi industri 4.0, setelah pada tahun ini sebanyak 8 perusahaan meraih penghargaan INDI 4.0.
Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (Indi 4.0) merupakan instrumen penilaian atas kesiapan perusahaan menerapkan teknologi digitalisasi dan otomasi. INDI 4.0, terdiri dari empat tingkat. Skor 1, industri masih pada tahap kesiapan awal. Skor 2, industri pada tahap kesiapan sedang. Skor 3, industri sudah pada tahap kesiapan matang. Skor 4, industri sudah menerapkan industri 4.0.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (IKFT-Kemenperin) Muhammad Khayam mengatakan target INDI 4.0 tahun ini untuk sektor IKFT sudah tercapai dan akan terus ditingkatkan jumlah peraihnya. Tahun ini, 13 manufaktur dinobatkan sebagai penerima penghargaan INDI 4.0, termasuk 8 perusahaan dari sektor IKFT.
“Kami mengapresiasi terhadap capaian tahun ini. Sebab, akan memacu kami lebih aktif lagi mendorong sektor IKFT bisa mengadopsi teknologi industri 4.0,” tuturnya, Jumat (27/11/2020).
Khayam menargetkan sebanyak 16 perusahaan dari sektor IKFT akan mampu menembus skor lebih dari 3 pada penilaian INDI 4.0 tahun depan. Sementara itu, pada 2024, diproyeksi bisa mencapai 21 perusahaan.
“Kami optimistis target itu tercapai, karena industi kimia merupakan salah satu sektor manufaktur yang lebih dahulu masuk pada era industri 3.0,” ungkapnya. Seperti diketahui, pada revolusi industri 2.0 merupakan era yang memfokuskan produksi massal. Selanjutnya, revolusi industri 3.0 memiliki fokus pada otomatisasi untuk mengurangi biaya produksi.
Baca Juga
“Industri kimia termasuk yang cepat memasuki era revolusi industri 3.0 karena banyak tahapan produksi yang sulit untuk dilakukan oleh manusia. Alhasil, otomatisasi menjadi jawaban agar proses produksinya lebih efisien,” paparnya.
Khayam pun menegaskan, pihaknya akan mengarahkan sektor IKFT untuk segera mengadopsi teknologi industri 4.0 tanpa mengurangi tenaga kerja. “Artinya, penggunaan teknologi yang akan didorong adalah yang dapat memecahkan bottleneck dalam proses produksi,” imbuhnya.
Apalagi, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri kimia menjadi sektor yang mendapat prioritas pengembangan awal dalam upaya penerapan industri 4.0. Bahkan, guna merebut peluang dari dampak pandemi Covid-19, pemerintah telah memasukkan industri farmasi dan alat kesehatan sebagai dua sektor tambahan karena permintaan produk-produknya di pasar yang meningkat.