Bisnis.com, JAKARTA - Kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Jepang berhasil membuahkan kesepakatan pembukaan kembali perjalanan bisnis antara dua negara.
Perjanjian ini disepakati oleh Wang dan Menlu Jepang Toshimitsu Motegi di Tokyo, Jepang. Selain itu, dua mitra tersebut juga membahas pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur dalam dialog tingkat tinggi pertama sejak Jepang memilih pemimpin baru pada September lalu.
Pembicaraan dilakukan di tengah kekhawatiran yang berkembang atas ketegasan Beijing di wilayah sengketa.
Sementara hari ini, Wang akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri Yoshihide Suga, yang sejauh ini berusaha untuk menyeimbangkan ketergantungan ekonomi Jepang yang tinggi pada China.
Pembicaraan ini juga menyinggung masalah keamanan dan klaim Beijing atas pulau-pulau sengketa yang dikendalikan oleh Jepang.
Sementara itu Suga menghindari retorika keras anti-China oleh Amerika Serikat, dia telah bergerak untuk melawan pengaruhnya dengan memperdalam hubungan dengan Australia dan memilih Vietnam dan Indonesia untuk perjalanan luar negeri pertamanya.
Baca Juga
"Saya berharap kesepakatan ini akan berkontribusi pada revitalisasi ekonomi Jepang dan China, serta mendorong saling pengertian," kata Motegi, dilansir Channel News Asia, Rabu (25/11/2020).
Sementara itu, sengketa maritim atas pulau-pulau Laut China Timur yang disebut Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China masih belum terselesaikan. Kedua belah pihak telah membuat langkah tentatif lebih dekat melalui perjanjian perdagangan.
Pemerintah Jepang telah mengeluhkan tindakan campur tangan tanpa henti China di perairan sekitar pulau yang diklaim oleh kedua negara itu. Motegi meminta China untuk mengambil sikap berwawasan ke depan dan mengatakan dia akan terus berkomunikasi dengan China.
"Melalui upaya bersama oleh kedua belah pihak, kami ingin menjadikan Laut China Timur sebagai lautan perdamaian, persahabatan, dan kerja sama," kata Wang.
Wang juga mengatakan kedua negara berencana untuk melakukan pembicaraan maritim tingkat kerja pada bulan depan. Kedua Menlu juga mengonfirmasi kemajuan yang telah dibuat dalam membangun hotline antara otoritas pertahanan mereka.
Kedua negara menerapkan mekanisme komunikasi maritim dan udara Jepang-China pada 2018 untuk menghindari bentrokan yang tidak disengaja, tetapi hotline militer, elemen kunci dari skema tersebut, belum disiapkan.
Selama pertemuan mereka, Motegi juga menyatakan keprihatinan atas perkembangan di Hong Kong, masalah pelik politik bagi Beijing.
China, yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang, bulan ini menandatangani Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dengan 14 negara ekonomi lainnya termasuk sekutu AS Jepang dan Korea Selatan.
Itu adalah kesepakatan perdagangan multilateral pertama bagi China, pengurangan tarif bilateral pertama antara dua negara itu, dan pertama kalinya Negeri Panda, Jepang, dan Korea Selatan berada dalam satu blok perdagangan bebas.
Wang, yang akan terbang ke Korea Selatan setelah Jepang, mengatakan bahwa China dan Jepang setuju untuk melanjutkan negosiasi tentang kesepakatan perdagangan bebas hanya antara tiga negara.
Toshiya Takahashi, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Shoin mengatakan kunjungan Wang ke Jepang menegaskan kembali kemitraan ekonomi mereka, tetapi dalam sengket wilayah, kemajuannya masih terbatas.
"Di luar perundingan bilateral, yang bisa disebut 'kemajuan' hanyalah pelonggaran pembatasan perjalanan bisnis antara Jepang dan China," kata Takahashi.