Bisnis.com, JAKARTA - Vietnam ingin mengatur ulang hubungan yang tidak stabil dengan Amerika Serikat setelah terjebak konfrontasi ekonomi Presiden Donal Trump dengan China.
Negara Asia Tenggara itu termasuk di antara penerima manfaat terbesar dari perang perdagangan AS-China karena perusahaan global menambahkan investasi untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka.
Tetapi nilai surplus membengkak dengan AS, sehingga membuatnya tertampar dengan tarif dan tuduhan manipulasi mata uang.
Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc mengatakan tidak peduli presiden AS yang terpilih dalam Pilpres AS 2020. Menurutnya siapapun yang terpilih Vietnam dan AS bisa menjadi mitra yang baik.
"Tidak peduli siapa yang menang, AS masih berteman," katanya seperti dikutip Bloomberg Jumat (20/11/2020).
Namun di balik layar, para pejabat sedang menghitung apakah dan bagaimana Vietnam dapat memulihkan stabilitas dalam hubungan ekonomi dengan Presiden terpilih Joe Biden.
"Hanoi mengantisipasi pemerintahan Biden akan mempercepat keterlibatan AS yang lebih luas dengan Vietnam dan tidak akan fokus pada masalah mata uang dan perdagangan seperti pejabat Trump," kata Le Dang Doanh, seorang ekonom yang berbasis di Hanoi dan mantan penasihat pemerintah.
Pasalnya, lanjutnya, Amerika Serikat adalah pasar ekspor terbesar bagi Vietnam. Dia mengatakan untuk menjaga ketenagakerjaan tetap stabil, Vietnam perlu menjaga ekspor terus tumbuh.
Ada kekhawatiran yang meningkat di antara beberapa bisnis AS bahwa pejabat Trump dapat memberlakukan tarif tambahan pada Vietnam setelah Departemen Perdagangan AS bulan ini memberlakukan bea anti-subsidi awal pada ban mobil dan truk Vietnam.
Departemen akan membuat keputusan akhir tentang tarif sekitar 16 Maret, mendekati saat Komisi Perdagangan Internasional AS dijadwalkan untuk memutuskan kasus tersebut.
Impor ban penumpang AS dari Vietnam bernilai hampir US$ 470 juta pada 2019. Surplus perdagangannya dengan AS sedang dalam kecepatan untuk memecahkan rekor tahun lalu US$ 56 miliar.
“Untuk negara seperti Vietnam, di mana tingkat inflasi lebih tinggi daripada kebanyakan mitra dagangnya, dong yang melemah dapat dimengerti,” kata Truong Van Phuoc, anggota senior dewan penasihat ekonomi perdana menteri.
Pemerintah menjaga inflasi sekitar 4 persen sementara penurunan dong hanya sekitar 1 -2 persen per tahun dalam beberapa tahun terakhir.
Phuoc mengatakan AS telah mengkritik Vietnam karena surplus saat ini dan karena diduga membeli greenback untuk melemahkan mata uangnya sendiri. Namun surplus akun saat ini terutama disebabkan oleh pengiriman uang, bukan ekspor.