Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian diminta menjaga stabilitas kinerja industri di kawasan Jawa Barat mengingat ada fasilitas terbaru yakni pelabuhan Patimban yang mulai beroperasi November 2020.
Ekonom Indef Aviliani mengatakan saat ini ada tren relokasi pabrik dari Jawa Barat, Banten ke Jawa Tengah karena isu upah minimum yang lebih murah di sana. Untuk itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian diharapkan dapat menjaga keberadaan industri yang masih beroperasi.
"Dengan adanya Patimban jangan ada lagi industri yang pindah dari Jabar ke Jateng, mungkin bisa dilakukan dialog atau yang lain," katanya dalam Webinar Pelabuhan Patimban dan Geliat Ekonomi Nasional, Jumat (20/11/2020).
Menurut Aviliani, dengan adanya pelabuhan Patimban dan perbaikan dari sisi transportasi tetapi tidak dibarengi dari sisi produksi barang maka akan sama saja.
Apalagi dari sisi neraca pembayaran terbaru, saat tercatat positif akibat impor yang berkurang karena produksi menurun. Untuk itu, begitu ekonomi membaik diharapkan pengurangan impor tersebut akibat adanya subtitusi yang sudah ada.
Berdasarkan catatan Bisnis, salah satu industri yang tengah gencar melakukan relokasi ke Jateng, selain dari sektor tekstil dan produk tekstil adalah dari sektor alas kaki.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie mencatat sejak pertengahan tahun lalu sudah ada sekitar 30 pabrik sepatu yang melakukan relokasi ke Jawa Tengah. Tren relokasi pun diprediksi masih akan berlanjut usai kondisi normal ke depan.
Dia mengatakan sebagian besar pabrik yang pindah itu dari Banten. Sebagian kecil lagi dari kawasan Jawa Barat dan Jawa Timur.
Terbaru, relokasi dilakukan oleh PT Shyang Yao Fung yang merupakan pabrikan mitra Adidas dari Banten ke daerah Brebes, Jawa Tengah. Imbasnya Shyang Yao harus melakukan PHK 2.500 karyawan untuk mengimpelemntasikan rencana bisnis relokasinya ini.
Firman mengemukakan langkah itu menyusul 25 pabrikan lainnya yang sudah relokasi ke Jawa Tengah sejak pertengahan tahun lalu. Alhasil, sampai saat ini kemungkinan sudah ada 30an pabrik di Jawa Tengah.
Dengan hal itu, tentu industri juga membawa dampak positif bagi Jawa Tengah karena membawa investasi dan membuka lapangan kerja baru di sana. Pasalnya, saat ini 30 persen biaya produksi habis untuk gaji karyawan dan sebenarnya masih bisa dibagi untuk menggerakkan ekonomi daerah.
Alhasil, Firman memproyeksi dalam kondisi normal bisa saja tren relokasi pabrikan di daerah-daerah yang mulai dianggap tidak kompetitif akan berlanjut.