Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Bilang Keampuhan Vaksin Pfizer Bisa Beri Sentimen Positif

Berdasarkan kajian Pfizer tersebut, vaksin yang tengah dikembangkan mampu menahan 90 persen infeksi virus terhadap ribuan sukarelawan. Sri Mulyani yakin kabar ini dapat memberkan sentimen positif, selain hasil Pilpres AS.
Pekerja farmasi beraktivitas memproduksi obat di pabrik Pfizer Indonesia, Jakarta Timur, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Pekerja farmasi beraktivitas memproduksi obat di pabrik Pfizer Indonesia, Jakarta Timur, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi politik terkini di Amerika Serikat (AS) memberikan sentimen positif bukan hanya Indonesia, tapi juga dunia.

Namun, selain itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai ada aspek lain yang juga berkontribusi, yakni vaksin dari Negeri Paman Sam makin mendorongnya.

"Vaksin Pfizer [sekaligus nama perusahaan farmasi AS] memberikan sentimen positif di seluruh dunia," katanya pada sambutan di diskusi virtual, Selasa (10/11/2020).

Vaksin tersebut dikembangkan Pfizer Inc. dan BioNTech SE. Berdasarkan kajian perusahaan tersebut, vaksin yang tengah dikembangkan mampu menahan 90 persen infeksi virus terhadap ribuan sukarelawan.

Sri menjelaskan bahwa selain dua faktor tersebut, pemerintah juga melihat ada perbaikan pembalikan ekonomi. Ini terlihat pada kuartal III/2020 yang tumbuh 5 persen dari periode sebelumnya.

Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia dan negara Asia relatif lebih baik dari sisi jumlah kasus Covid-19 dan dampaknya pada ekonomi. Berbagai sektor yang terdampak pandemi pun mulai terlihat pemulihan.

"Ada beberap hal dan bisa dikejar pemerintah supaya triwulan IV/2020 momentumnya semakin kuat," jelasnya.

Akan tetapi, semua kalangan harus hati-hati dan jangan terlena karena gelombang kedua Covid-19 terjadi di negara maju. Kondisi ini, tambah Sri menimbulkan komplesitas dari sisi kebijakan.

"Ini menimbulkan kompleksitas dari sisi policy. Karena masyarakat sudah cukup panjang, lelah, dan ekonominya mengalami tekanan. Sehingga saat mengalami second wave, maka kemampuan tangani Covid-19 sangat berbeda saat gelombang pertama. Ini yang harus diwaspadai," ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper