Bisnis.com, JAKARTA — Kementierian Perindustrian mencatat ada sekitar Rp32,5 triliun investasi baru yang akan masuk pada sektor agro untuk periode 2019-2023 mendatang.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengatakan investasi sektor agro tersebut dibagi dalam tiga industri.
Pertama industri makanan, hasil laut, dan perikanan yang akan meliputi gula, tepung, pakan, penggilingan jagung, hingga biskuit.
"Untuk industri makanan ini total akan ada 9 proyek dengan investasi senilai Rp19,94 triliun," katanya kepada Bisnis, Selasa (10/11/2020).
Kedua, industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar yang meliputi air minum dalam kemasa (AMDK), susu dan olahan susu, minuman ringan, serta produk cokelat. Di sini total akan ada 7 proyek dengan investasi senilai Rp2,66 triliun.
Ketiga, industri hasil hutan dan perkebunan yang meliputi refinery dan fraksinasi sawit, biodiesel, minyak sawit, pulp, dan kertas. Untuk total proyek ada 10 dengan investasi senilai lebih dari Rp10 triliun.
Dengan investasi di atas diharapkan akan dapat mengungkit kinerja industri agro. Apalagi, industri-industri ini terkait dengan kebutuhan utama masyarakat yang meski panndemi juga cukup tertekan dalam.
Sebelumnya, Kemenperin meramalkan industri mamin diramalkan akan tumbuh hingga 9 persen pada akhir 2020 atau lebih tinggi dari realisasi 2019 yakni 7,9 persen. Namun demikian, Kemenperin terpaksa menurunkan proyeksi tersebut ke level 4 persen karena pandemi Covid-19.
"Sampai akhir tahun mungkin sekitar 3 persen. Karena beberapa kali kunjungan ke pabrikan, industri mamin sudah rebound pada Juni 2020. Melihat itu, mudah-mudahan tumbuh 3 persen mungkin tidak 4 persen," kata Rochim.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pun berharap realisasi investasi di atas dapat membantu pemerintah mencapai target pengembangan industri mamin saat ini. Dia mengatakan saat ini industri mamin akan terus dipacu penambahan produksinya.
Tak hanya itu pada tiga tahun ke depan atau 2020-2022 sektor industri agro akan didorong penurunan impornya.
"Impor yang diharapkan turun yakni industri pengolahan susu, industri pengolahan buah, industri gula berbasis tebu, dan industri kertas sebesar 20,54 persen atau senilai Rp32,8 miliar," katanya.
Selain itu, upaya yang dipacu adalah penambahan produksi untuk keempat jenis produksi tersebut sebesar Rp120 miliar atau naik 35,29 persen dibandingkan tahun 2019.
Adapun sepanjang kuartal III/2020, sumbangsih industri agro masih signifikan terhadap PDB sektor pengolahan nonmigas atau mencapai 52,94 persen.
Di tengah pertumbuhan industri nonmigas yang terkontraksi 4,20%, industri makanan dan minuman tetap tumbuh meski tipis atau hanya sebesar 0,66 persen. Untuk itu, Kemenperin mengklaim akan berupaya meningkatkan kinerjanya.
Agus menyebutkan, sub-sektor industri agro yang memberikan kontribusi besar pada PDB sektor pengolahan nonmigas pada kuartal III/2020, yakni industri makanan dan minuman dengan sumbangsih mencapai 39,51%. Selanjutnya, diikuti industri pengolahan tembakau (4,8%), industri kertas dan barang dari kertas (4,22%), serta industri kayu, barang dari kayu, rotan dan furnitur (2,84%).
Adapun pada Januari-Agustus 2020, total nilai ekspor industri agro menembus US$29,27 miliar atau berkontribusi 35,36 persen pada ekspor sektor manufaktur sebesar US$82,76 miliar.
“Dari realisasi nilai investasi PMA dan PMDN di sektor industri pengolahan nonmigas yang mencapai Rp201,9 triliun pada Januari-September 2020, kontribusi industri agro sebesar Rp91,9 triliun. Ini salah satu bukti bahwa industri agro masih bergeliat di tanah air,” kata Agus.