Bisnis.com, JAKARTA - Terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat akan berpengaruh pada kebijakan perindustrian suatu wilayah. Namun, Kemenperin masih akan melihat perkembangan pemerintahan di bawah presiden anyar tersebut sebelum mengambil keputusan.
"Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kebijakan sektor manufaktur nasional tidak tergantung dari siapa pemimpin negara lain. Menurutnya, pelaku industri nasional harus siap menghadapi persaingan global yang semakin keras dan tajam.
"Indonesia harus siap menghadapi persaingan ekonomi global yang semakin keras dan tajam, dengan secara maksimal menggunakan tools dan instrumen yang tersedia. Kita harus percaya bahwa Indonesia adalah negara yang penting di mata Amerika Serikat, dan Amerika Serikat memiliki kepentingan menjaga hub baik dengan Indonesia, siapapun itu Presiden Amerika Serikat," katanya kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).
Agus menyampaikan pihaknya telah menyiapkan beberapa instrumen untuk menarik investasi ke dalam negeri, termasuk dari Amerika Serikat. Agus menilai salah satu instrumen tersebut adalah Undang-undang (UU) No. 11/2020 tentang Cipta Kerja.
Agus berujar aturan turunan dalam UU tersebut akan memastikan bahwa Ease Of Doing Business (EoDB) di Indonesia akan jauh lebih baik.Selain itu, insentif terkait penelitian dan pengembangan sumber daya manusia juga telah diterbitkan melalui Super Deductible Tax.
Agus menyampaikan saat ini pihaknya akan fokus dalam hilirisasi sektor pertanian, pertambangan, dan petrokimia. Oleh karena itu, "Tentu untuk menciptakan nilai tambah."
Baca Juga
Sebelumnya, Agus menyatakan salah satu strategi yang diterapkan dalam peta jalan substitusi impor tersebut adalah pengurangan nilai impor pada 10 sektor industri. Adapun, 10 sektor industri tersebut berkontribusi hingga 88 persen dari total nilai impor pada 2019.
Kesepuluh sektor tersebut secara berurutan dari yang terbesar adalah industri mesin, kimia, logam, elektronika, makanan, peralatan listrik, tekstil, kendaraan bermotor, barang dari logam, dan karet dan barang dari karet. Total nilai impor sepuluh sektor manufaktur tersebut mencapai Rp1.676 triliun tahun lalu.
Agus menilai pengurangan nilai impor pada sektor-sektor tersebut dapat mendorong pendalaman struktur industri. Alhasil, akan ada peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja baru.
Selain pengurangan impor, strategi lainnya adalah peningkatan utilisasi produksi seluruh sektor manufaktur. Seperti diketahui, utilisasi sektor manufaktur anjlok ke level 40 persen pada awal masa pandemi.
Adapun, Agus meramalkan kondisi utilisasi sektor manufaktur baru akan kembali seperti kondisi prapandemi atau di kisaran 75 persen pada akhir 2021. Setelah itu, implementasi peta jalan substitusi impor akan membuat utilisasi sektor manufaktur meningkat ke level 85 persen atau sama dengan realisasi akhir 2000.
Menurutnya, strategi peningkatan utilisasi akan difokuskan untuk mengakomodir tenaga kerja terdampak pandemi Covid-19, sedangkan pengurangan nilai impor untuk memfasilitasi tenaga kerja baru.
Adapun, lokomotif penciptaan tenaga kerja didorong oleh tiga aspek, yakni konsumsi rumah tangga, investasi, dan performa ekspor. Adapun, saat ini peningkatan konsumsi rumah tangga dan performa ekspor sulit lantaran daya beli masyarakat yang rendah.
Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja terdampak pandemi menjadi salah satu cara untuk meningkatkan utilisasi pada tahun ini. Selain itu, meningkatkan kemampuan belanja dalam negeri dan meningkatkan performa ekspor.
"Secara umum, upaya kami agar lebih menyehatkan neraca perdagangan dan juga, dalam konteks Kemenperin, kemandirian industri dalam negeri," ujarnya.