Bisnis.com, JAKARTA - Laju produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada triwulan III/2020 minus 3,49 persen secara tahunan, jauh lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya.
Jika dilihat secara kuartalan, ekonomi Indonesia sebenarnya tumbuh 5 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini bahwa melihat kondisi tersebut, Indonesia sudah melewati titik terendah kontraksi. Saat ini, katanya, yang perlu adalah menjaga geliat daya beli.
“Kalau pada kuartal IV [pertriwulan] bisa dipertahankan tumbuh 5 persen, kita bisa masuk jalur positif. Walaupun secara konservatif [pertumbuhan pada 2020] minus 1,6 persen sampai positif 0,6 persen,” katanya melalui diskusi virtual, Senin (9/11/2020).
Airlangga menjelaskan bahwa dengan begitu pemerintah sudah berada di jalur yang benar. Tetap menekan penyebaran Covid-19 diiringi memulihkan perekonomian.
Sementara itu untuk tahun 2021 kebijakan pemerintah tidak akan berbeda dengan tahun ini. Program pemulihan ekonomi nasional tetap pada prioritas kesehatan, perlindungan sosial, dan UMKM.
Baca Juga
“Kita lihat beberapa program terkait kredit usaha rakyat atau subsidi lainnya akan dilanjutkan di kuartal I/2021. Dengan begitu daya beli pada 2021 bisa memberi nafas masyarakat untuk menjaga daya beli,” jelasnya.
Dilihat dari pertumbuhuan kuartal III secara tahunan, hanya konsumsi pemerintah yang berada di jalur positif, yaitu 9,76 persen. Konsumsi rumah tangga minus 4,04 persen, investasi 6,48 persen, ekspor minus 10,82 persen, impor minus 21,86 persen, dan konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LPNRT) minus 2,21 persen.
Dari seluruh kelompok tersebut, konsumsi rumah tangga dan investasi berkontribusi 88,43 PDB. Jatuhnya dua faksi tersebut menjadi faktor utama ekonomi Indonesia lesu. Dilihat dari sumber pertumbuhan yaitu minus 3,49 persen, konsumsi rumah tangga menyumbang minus 2,17 persen dan investasi minus 2,11 persen.