Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahan Laju PHK, Pemerintah & Pelaku Industri Sepatu Perlu Bersinergi

PHK telah menghantam ribuan orang di industri persepatuan. Terkait dengan hal itu, pemerintah dan pelaku usaha diharapkan bersinergi.
Presiden Joko Widodo berswafoto dengan para pekerja saat mengunjungi pabrik sepatu PT KMK Global Sports I, Tangerang, Banten, Selasa (30/4/2019)./Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo berswafoto dengan para pekerja saat mengunjungi pabrik sepatu PT KMK Global Sports I, Tangerang, Banten, Selasa (30/4/2019)./Antara/Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar menilai pemerintah dan pelaku usaha mesti bersinergi untuk menahan laju aksi PHK terhadap pekerja di industri sepatu, baik untuk menggenjot ekspor maupun meningkatkan konsumsi dalam negeri.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) dialami oleh 1.800 pekerja pabrik sepatu di Tangerang, Banten. Dampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 terhadap pasar ekspor global dinilai menjadi penyebab utama atas aksi PHK tersebut.

"Dalam kondisi seperti sekarang, permintaan memang menurun. Namun, pemerintah tetap harus mencari negara-negara tujuan ekspor baru terutama negara-negara yang sudah mengalami pertumbuhan ekonomi. Duta Besar RI harus bekerja keras untuk itu," kata Timboel kepada Bisnis.com pada Minggu (8/11/2020).

Sejauh ini, industri sepatu RI masih menargetkan pasar-pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara di Asia sebagai basis tujuan ekspor.

Padahal, dampak pandemi Covid-19 terhadap ekspor global telah menurunkan permintaan di industri sepatu Tanah Air yang terindikasi dari realisasi pertumbuhan ekspor.

Menurut informasi yang diperoleh Bisnis.com dari Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), target pertumbuhan ekspor untuk industri sepatu di Indonesia masih jauh dari patokan awal, yakni baru 7 persen pada September 2020, sedangkan target tahunan yang diestimasikan pada akhir 2019 lalu adalah lebih dari 13 persen.

Meski sampai dengan September 2020 kondisinya dikatakan jauh lebih baik dari periode Mei–Juli 2020 yang belum ada order baru yang masuk untuk pasar ekspor, tetap saja situasi industri belum 100 persen pulih.

Adanya selisih yang cukup jomplang target tahunan dengan realisasi sampai dengan September dikatakan menyebabkan terjadinya overcapacity. Sebagai bagian industri padat karya, kondisi tersebut membuat beban industri untuk mengongkosi tenaga kerja sangat besar.

Sementara dari sisi pasar domestik, lanjut Timboel, pemerintah dan pelaku usaha mesti mendorong permintaan dalam negeri. Salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah menekan harga jual yang diiringi dengan pemberian insentif oleh pemerintah.

Insentif yang diberikan bisa dalam bentuk pengurangan bea impor bahan baku, stimulus pajak, serta insentif biaya listrik. "Dengan kombinasi tersebut, maka PHK di industri sepatu dapat ditekan sehinga angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) bisa diturunkan."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper