Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Resmi Resesi, Belanja Pemerintah Harus Dipacu di Kuartal IV

Di tengah resesi ini, ekonom menilai pemerintah harus terus berupaya untuk mengenjot belanja. Agar ekonomi bisa kembali ke zona positif.
Jajaran gedung perkantoran di Jakarta, Senin (24/8/2020). Bisnis/Abdurachman
Jajaran gedung perkantoran di Jakarta, Senin (24/8/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Belanja pemerintah dinilai perlu terus diakselerasi di kuartal IV/2020 setelah ekonomi Indonesia diumumkan masuk zona resesi pada kuartal ketiga tahun ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilisnya melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Secara kuartalan, ekonomi mengalami pertumbuhan positif 5,05 persen.

Pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh 16,93 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) berhasil menjadi faktor pengungkit pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020.

Kepada BPS Suhariyanto mengatakan pertumbuhan belanja pemerintah ini didorong oleh peningkatan realisasi belanja bantuan sosial terkait dengan program pemulihan ekonomi nasional (PEN), serta peningkatan belanja barang dan jasa.

"Belanja pemerintah pusat kenaikannya sangat tinggi, tercermin dari belanja barang dan belanja hibah dan belanja bansos. Tentunya realisasi APBN ini akan berpengaruh positif ke konsumsi pemerintah dan membantu konsumsi rumah tangga," katanya.

Oleh karenanya, Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan pencairan stimulus fiskal, yang berdasarkan data terakhir mencapai 52 persen dari total anggaran yang dialokasikan, perlu semakin didorong.

"Pemerintah perlu terus melakukan akselerasi belanja, mengingat pada Desember 2020 akan ada banyak hari libur nasional," katanya, Kamis (5/11/2020).

Sementara, dari sisi kebijakan moneter, Wisnu memperkirakan Bank Indonesia akan tetap mempertakankan stance kebijakan yang akomodatif.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai perekonomian Indonesia akan terus membaik pada kuartal IV 2020 meski kemungkinan kontraksi ekonomi masih akan terjadi.

"Namun, kontraksi tersebut diperkirakan akan mereda karena ekonomi telah mencapai titik terendah pada kuartal II/2020 ketika PSBB yang ketat diterapkan di tingkat nasional," katanya.

Menurutnya, pelonggaran PSBB di beberapa wilayah dan jumlah kasus Covid-19 yang menunjukkan tren menurun akhir-akhir ini berdampak pada peningkatan aktivitas transportasi dan ritel. Pendorong lainnya, yaitu dari realisais program PEN hingga kuartal III/2020.

Namun demikian, Faisal mengatakan ketidakapstian terkait dengan pandemi COvid-19 dan pemulihan ekonomi masih tinggi.

Apalagi, jika gelombang kedua pandemi Covid-19 terjadi dan pemerintah harus kembali menerapkan PSBB, akibatnya ekonomi pada kuartal IV/2020 tidak akan banyak berubah dari kuartal III ini.

"Risiko juga bisa muncul ketika pencairan paket stimulus pemerintah tidak secepat yang diharapkan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper