Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyebutkan bahwa dalam mengejar visi produksi minyak siap jual atau lifting 1 juta barel per hari diperlukan cara berbisnis yang diluar kebiasaan.
Arifin menjelaskan bahwa di tengah pandemi Covid-19, pelaku industri minyak dan gas bumi harus lebih beradaptasi. Pasalnya, konsumsi energi dan harga minyak sangat berdampak terhadap industri ini.
Menurutnya, pelaku industri migas tidak bisa menjalankan bisnis yang biasa-biasa saja, tetapi diperlukan inovasi-inovasi dan kreativitas yang di luar kebiasaan.
"Kita tidak bisa melakukan penyelesaian business as usual. Ini harus out of the box. Di lain sisi, sumber-sumber kita kalau kita mengandalkan melakukan pekerjaan business as usual, [produksi migas] kita akan menurun. Ini perlu ditingkatkan. Kami ada mencatat penurunan produksi. Ini harus dicari jalan keluarnya. Ada masalah yang perlu dipecahkan bersama. Jadi, ini bisa tercapai," katanya dalam webinar New Paradigm for More Oil & Gas Production, Kamis (5/11/2020).
Adapun, pemerintah telah mencanangkan target produksi siap jual atau lifting minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari dan lifting gas 12.000 juta standar kaki kubik per hari.
Arifin optismistis visi tersebut bisa dicapai pada 2030 mendatang dengan sejumlah program yang telah disiapkan pemerintah untuk bisa meningkatkan kinerja produksi.
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa pemerintah akan membantu kelanjutan bisnis migas dan juga iklim investasi di sektor industri migas. Solusi teknis dan insentif tengah didiskusikan untuk terus mendukung progam-program itu.
"Kami usahakan insentif-insentif untuk mendukung peningkatan produksi. Apa yang disampaikan pelaku untuk perbaiki hal-hal dari pemerintah untuk mendorong eksplorasi," ungkapnya.
Pemerintah terus mendorong kegiatan eksplorasi setidaknya sampai dengan 2024. Dia menyebut bahwa Indonesia masih memiliki potensi 128 cekungan yang belum tergarap.
Eksplorasi dalam skala besar sangat diperlukan untuk memetakan potensi-potensi yang masih terkandung di bawah tanah Indonesia.
"Sumber-sumber kita, kalau kita andalkan yang ada saat ini pekerjaan secara business as usual, tidak lakukan apa-apa, minyak akan habis," jelasnya.