Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober mengalami inflasi, setelah tiga bulan berturut-turut dilanda deflasi akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pelemahan daya beli seiring penurunan pendapatan masyarakat.
Inflasi Oktober tercatat sebesar 0,07 persen (month to month/mtm) dan 1,44 persen (year on year/yoy). Adapun secara tahun kalender, inflasi mencapai 0,95 persen (year to date/ytd).
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan pada Oktober 2020, perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan adanya kenaikan.
"Oktober ini mengalami inflasi meskipun tipis 0,07 persen dan di sana inflasi umumnya 1,44 persen, sedikit meningkat dari September," ujarnya.
Meskipun dibandingkan tahun lalu, inflasi ini lebih rendah dari Oktober tahun lalu sebesar 3,13 persen
Dari 90 kota IHK yang dipantau BPS, 66 kota mengalami inflasi dan 24 mencatatkan deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Sibolga sebesar 1,04 persen dan terendah di DKI Jakarta, Cirebon dan Bekasi sebesar 0,01 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi di kota Manokwari sebesar 1,80 persen dan terendah di Surabaya sebesar -0,02 persen.
Baca Juga
"Deflasi di Manokwari disebabkan oleh tarif angkutan udara," ujar Suhariyanto.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, penyumbang inflasi terbesar yaitu makanan, minuman dan tembakau memberikan andil 0,07 persen dengan komoditas pengerek cabai merah yang mengalami inflasi 0,09 persen, bawang merah sebesar 0,01 persen dan minyak goreng 0,09 persen.
"Cabai merah kenaikannya terjadi di 82 kota IHK, tertinggi terjadi di Bulukumba dengan kenaikan 85 persen," ungkap Suhariyanto.