Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Triple Shock, Pertamina Pastikan Investasi Proyek Strategis Berlanjut

PT Pertamina (Persero) memastikan investasi di proyek strategis yang dijalankan di seluruh lini bisnis tetap berjalan untuk masa depan ketahanan dan kemandirian energi nasional.
Rig PDSI yang digunakan oleh Pertamina EP Cepu dalam proyek strategis nasional Jambaran Tiung Biru, Blok Cepu. Istimewa/Pertamina
Rig PDSI yang digunakan oleh Pertamina EP Cepu dalam proyek strategis nasional Jambaran Tiung Biru, Blok Cepu. Istimewa/Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memastikan investasi di proyek strategis yang dijalankan di seluruh lini bisnis tetap berjalan untuk masa depan ketahanan dan kemandirian energi nasional.

VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan bahwa perusahaan BUMN itu tetap berkomitmen menjalankan proyek strategis untuk menjaga dan meningkatkan produksi migas dan produk energi nasional pada beberapa tahun ke depan.

"Kendati diterpa triple shock di masa pandemi Covid 19 dan menyebabkan kendala di lapangan," ujarnya dalam keterangan pers, Minggu (1/11/2020).

Dia mengatakan beberapa proyek strategis di hulu seperti Proyek Jambaran-Tiung Biru yang dikelola PT Pertamina EP Cepu saat ini terus berjalan serta telah berhasil dilakukan perforasi secara rigless dengan Smart Coiled Tubing Unit di Jambaran East dan telah dilakukan pengeboran 2 sumur di Jambaran Central.

Proyek ini akan memproduksi gas dari lapangan unitisasi Jambaran-Tiung Biru dengan produksi rata-rata sales gas sebesar 192 MMSCFD dengan target gas onstream pada 2021.

Selain itu, kegiatan di lepas pantai utara Jawa Barat yang dilakukan oleh PHE ONWJ terus berlangsung. Setelah selesai pengeboran sumur KLD-1, proyek pengembangan KLD ONWJ saat ini masuk tahap pengeboran sumur KLD-3. Proyek ini ditargetkan berkontribusi menambah cadangan dan produksi pada Desember 2020.

Di sektor bisnis lainnya, Pertamina juga terus melanjutkan realisasi pada proyek pengembangan dan pembangunan kilang yang dikawal oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).

Salah satunya adalah proyek RDMP Balikpapan dan Lawe-lawe yang merupakan salah satu proyek terbesar Pertamina dengan nilai mencapai US$ 6,5 miliar. Proyek ini akan meningkatkan kapasitas kilang, memperbaiki kualitas produk dan menurunkan harga pokok produksi BBM, yang mendorong peningkatan devisa dan penerimaan pajak.

"Saat ini proyek RDMP Balikpapan telah mencapai 22,26 persen per 22 Oktober 2020, berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat, disamping juga turut mendorong program pemulihan ekonomi karena menyerap lebih dari 5.000 tenaga kerja", jelasnya.

Selain itu, untuk memastikan tersedianya fasilitas penyimpanan dan distribusi yang andal di masa depan, Pertamina juga terus menjalankan proyek infrastruktur tangki timbun baik di Terminal BBM, Terminal LPG maupun di DPPU serta melakukan perawatan terhadap 280 kapal.

Selain berinvestasi, imbuh Fajriyah, Pertamina juga memastikan pelaksanaan proyek pada 2020 memenuhi ketentuan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sampai semester I-2020, rata-rata TKDN Pertamina mencapai 54 persen.

Konsistensi penguatan komponen dalam negeri yang dilakukan Pertamina dipercaya akan memperkuat industri nasional, membuka lapangan pekerjaan, dan mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk impor sehingga bisa menggerakkan roda perekonomian nasional.

"Sebagai BUMN Migas, Pertamina tetap menjalankan bisnis dan proyek sesuai arahan pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN dan Kementerian ESDM yakni mengupayakan masa depan energi sekaligus menggerakkan perekonomian nasional dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dalam negeri," katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan tiga guncangan (triple shock) yang dialami Pertamina semasa wabah ini. Pertama, penurunan penjualan secara signifikan sebesar 25 persen secara nasional.

Kedua, arus kas operasi perseroan dipengaruhi dari fluktuasi nilai tukar rupiah. Nicke mengatakan perseroan telah membuat skenario berat dan sangat berat berkaitan dengan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap pendapatan perseroan.

Ketiga, arus kas perseroan dipengaruhi fluktuasi harga minyak dunia. Saat ini harga minyak mentah global sangat fluktuatif akibat anjloknya permintaan di tengah Covid-19. Namun, harga minyak mentah global berangsur membaik setelah OPEC+ memangkas produksinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper