Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPH Migas Percepat Implementasi Penggunaan LNG untuk Kerata Api

BPH Migas menjalin kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia, PT Perusahaan Gas Negara Tbk., PT Pertamina (Persero), dan PT Pertagas Niaga untuk mengimplementasikan rencana itu.
Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan terkait perluasan jaringan gas bumi di Sumsel. Bisnis-Dinda Wulandari
Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan terkait perluasan jaringan gas bumi di Sumsel. Bisnis-Dinda Wulandari

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi mempercepat implementasi penggunaan gas alam cair atau LNG sebagai bahan bakar kereta api.

BPH Migas menjalin kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia, PT Perusahaan Gas Negara Tbk., PT Pertamina (Persero), dan PT Pertagas Niaga untuk mengimplementasikan rencana itu.

Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa mengatakan bahwa penggunaan LNG sebagai bahan bakar kereta api perlu segera diwujudkan untuk mengurangi subsidi BBM.

Pada 2020, kuota BBM subsidi untuk KAI sebesar 240.000 kiloliter (KL). Dengan selisih harga antara solar subsidi dan nonsubsidi sekitar Rp5.000 per liter, maka akan ada potensi penghematan keuangan negara sebesar Rp1,2 triliun.

Sebagai gambaran harga LNG hanya kisaran US$5 per MMBTU, lebih murah dibandingkan dengan harga BBM yang pada kisaran US$15--US$20 per barel.

Pria yang kerap disapa Ifan itu menjelaskan, penggunaan LNG untuk kereta api sudah digunakan di Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dan India dan Indonesia akan menjadi negara kelima apabila berhasil mengimplementasikan hal tersebut.

“Untuk KAI yang penting kesungguhan komitmen dulu untuk segera mewujudkan ini, memang tidak untuk secara keseluruhan, bisa untuk penerangan gerbong terlebih dahulu, tetapi progressnya jelas. Jika langsung lokomotif saat ini mungkin terkendala, untuk pengadaan lokomotif baru kita harapkan langsung bisa dual fuel BBM, solar maupun LNG," katanya dalam keterangan resminya, Sabtu (31/10/2020).

Direktur Komersial PT PGN LNG Adi Sangga Prasetya menegaskan bahwa pihaknya memiliki kesiapan dan mendukung konversi BBM ke LNG pada KAI.

Dia mengungkapkan, pada Juli 2020 sudah ada MoU lanjutan dengan PT KAI. Terkait dengan penyediaan LNG untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri di pulau jawa termasuk untuk KAI saat ini sedang dibangun Terminal LNG Jatim di Teluk Lamong, Gresik.

Saat ini progres pembangunannya telah mencapai 90 persen dan dijadwalkan akan beroperasi pada kuartal II/2021. Sumber pasokan LNG berasal dari Bontang yang diangkut dengan kapal tanker. Dari Terminal LNG Jatim akan distribusikan ke pipa gas atau langsung disalurkan ke konsumen dengan lSO container.

Posisi pelabuhan Teluk Lamong berdekatan dengan jaringan kereta di Surabaya dan Gresik, juga sangat mendukung pasokan LNG untuk KAI sekaligus KAI bisa berperan dalam penyaluran/pengangkutan LNG dengan Iso Container.

“Ada benefit tambahan jika pengangkutan ISO container dilakukan oleh KAI karena keberadaan posisi strategis KA yang memiliki jaringan stasiun point to point,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Utama Pertagas Niaga, Linda Sunarti menjelaskan telah dilakukan percobaan penggunaan LNG untuk KAI tahap pertama dan kedua di Bandung. Tahap pertama untuk gerbong dan yang kedua untuk lokomotifnya.

Pada masa percobaan terdapat beberapa kendala terkait dengan kesiapan pasokan LNG. Nantinya jika diterapkan harus terintegrasi keseluruhan. Linda mengatakan apabila belum terintegrasi maka aktivitas kereta api bisa terganggu.

"Pada intinya apabila secara komersial penggunaan LNG pada KAI dinilai layak diniagakan," jelasnya.

Direktur Pengelolaan Sarana PT KAI Azahari mengungkapka bahwa Rencana Penggunaan LNG sebagai bahan bakar Kereta Api ini telah dimulai sejak 2015 yang ditandai dengan penandatangan Nota Kesepahaman antara Pertamina dengan KAI 28 Agustus 2015.

Lebih lanjut Azahari menjelaskan telah dilakukan berbagai tahapan uji coba penggunaan LNG sebagai bahan bakar kereta api. Pengujian dinamis yang dilakukan membuktikan bahwa peralatan instalasi tidak mengalami kendala selama kondisi operasional, tidak terdapat kebocoran atau kerusakan.

“Waktu uji coba hasilnya cukup bagus, tapi setelah itu penyediaan atau suplay gas tidak siap, jika itu dipakai dengan ketidasiapan suplai LNG jatuhnya menjadi mahal, dan tidak ada inisiatif dari berbagai pihak sehingga seperti hilang begitu saja tidak ada kelanjutannya," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper