Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan kesuksesan China dalam menangani pandemi Covid-19, baik dari sisi kesehatan maupun perekonomian.
Hal itu disampaikan Menkeu dalam dalam Podcast Media Keuangan yang disiarkan Jum’at (16/10/2020).
Sri Mulyani mengatakan wabah Covid-19 mulai terjadi di China tepatnya di penghujung 2019. Biasanya, warga Tiongkok melakukan perayaan Tahun Baru China. Namun, seiring munculnya Covid-19, pemerintah China terpaksa menutup dan mencegah masyarakatnya melakukan perayaan agar penyebarannya tidak semakin meluas.
“Biasanya China mempunyai waktu melakukan perayaan tahun baru. Mereka terpaksa menutup dan mencegah masyarakat untuk pulang kampung untuk tidak terjadi penyebaran yang meluas,” kata Sri Mulyani seperti dikutip Bisnis, Selasa (20/10/2020).
Mantan Direktur IMF tersebut mengungkapkan Wuhan bak kota hantu. Pasalnya, tidak terlihat adanya aktivitas masyarakat salah satu kota di Negara Tirai Bambu itu.
Kebijakan karantina penuh atau lock down menyebabkan ekonomi China terpuruk hingga menembus minus enam persen pada kuartal I/2010 atau dari Januari hingga Maret.
“China melakukan lockdown yang luar biasa. Kota-kota menjadi seperti kota hantu, tidak ada manusia yang keluar, tidak ada mobil lewat, dan tidak ada pergerakan. Itulah yang memukul ekonomi China pada kuartal 1 dari Januari hingga Maret, negatifnya sampai di atas 6 persen,” jelas Ani.
Imbasnya, lanjut Sri Mulyani, ekonomi China yang biasanya tumbuh di atas 6 kini mengalami kontraksi hingga minus enam persen. Namun, dia mengatakan ekonomi China sudah bangkit pada kuartal II/2020, yaitu tumbuh di atas 3 persen.
Kunci kesuksesan China, katanya, dengan kedisiplinan untuk mendahulukan penyelesaian pandemi dari sisi kesehatan.
Sementara itu, dia mengatakan negara lain justru baru mulai merasakan puncak Covid-19 setelah situasi di China berangsur normal. Hal itu menimbulkan kepanikan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
“Seperti di Italia, Spanyol, negara-negara Eropa, Prancis, Inggris, Jerman, Jepang, Korea, Amerika Serikat, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina yang melakukan lock down Manila ditutup sama sekali,” paparnya.
Penjuru dunia mengalami penyebaran Covid-19 yang kemudian berimbas pada kontraksi ekonomi yang semakin dalam karena mereka memilih untuk menutup total negaranya.
Meski ada negara yang melakukan lock down secara lokal, dampak hal itu ke ekonomi tetap besar. Sri Mulyani mengungkapkan imbas karantina wilayah yang dilakukan beberapa negara Asia.
"Singapura yang biasanya sangat bergantung pada wisatawan, mereka harus menutup. Di India itu bisa [kontraksi] sampai di atas 23 persen pada kuartal II/2020,” ucapnya.
Menurutnya, seluruh elemen masyarakat harus menyadari masalah Covid-19 mengancam jiwa manusia melalui kesehatan. Sri Mulyani mengatakan pandemi Corona merupakan permasalahan dunia, bukan hanya di Indonesia.
Bahkan, dia menegaskan virus Covid-19 telah menginfeksi pemimpin dunia, seperti Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, bahkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat tertular Corona.
Jika ingin menghindari penularan, dia mengingatkan manusia harus melakukan berbagai langkah-langkah protokol kesehatan yang disebut pembatasan sosial, menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak.
"Covid-19 itu tidak memandang bulu. Semua orang bisa terkena. Ini semuanya tentu memiliki konsekuensi karena banyak kehidupan orang di bidang sosial, ekonomi, secara keluarga, beribadah, bahkan sekolah. Semuanya itu [terdampak karena] manusia sebagai makhluk sosial pasti berinteraksi," ujar Sri Mulyani.