Bisnis.com, JAKARTA —Di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19 dan penantian vaksin corona yang memicu resesi Indonesia, pabrik Advan dan Evercross merumahkan karyawan lantaran pabrik kedua merek telepon seluler itu terhambat produksinya.
Langkah produsen ponsel tersebut merumahkan karyawannya lantaran persoalan proses pemasukan data nomor IMEI di mesin Central Equipment Identity Register (CEIR) yang hampir memenuhi kapasitas, yaitu di angka 95 persen.
Divisi Perizinan Evercoss Fendy Mardyanto mengatakan terkait telah dijalankan sistem pemblokiran oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika terhadap IMEI yang tidak resmi pada prinsipnya perseroan setuju.
Namun, setelah pemberlakuan pada 15 september lalu terjadi sejumlah masalah pada produk Evercoss. Pertama, banyak ponsel yang masih di pasaran ikut terblokir juga sehingga dealer tidak bisa menjual dan mengembalikan produk tersebut.
Selain itu, IMEI yang terdaftar setelah 24 September 2020 dan telah diproduksi, tidak bisa menerima sinyal dari operator sehingga tidak bisa kami lepas ke pasaran.
"Jadi produksi sementara kami hentikan dan karyawan dirumahkan sementara karena kami tidak tahu sampai kapan kendala ini akan berlanjut," katanya kepada Bisnis, Jumat (9/10/2020).
Baca Juga
Fendy mengemukakan pada kondisi normal, kapasitas produksi yang terpasang bisa mencapai 200.000 unit per bulan. Namun hal itu juga tergantung produk yang akan diproduksi, jika feature phone atau 2G malah bisa lebih.
Fendy pun berharap pemerintah yang berwenang dapat segera menyelesaikan masalah ini dan atau memberi kepastian waktu masalah ini bisa teratasi.
Government Relation & Legal Advan Tria Muluk mengamini sejauh ini dikarenakan sistem pada CEIR sudah 95 persen hampir penuh, pihak operator belum memperkenankan untuk upload IMEI baru yang didaftarkan di Kementerian Perindustrian sejak 23 September.
"Sehingga berdampak pada terggangunya keberlangsungan proses produksi untuk model-model baru yang akan segera launching. Dari sini kami sudah merumahkan sementara beberapa karyawan pabrik karena tidak ada proses produksi," kata Tria.
Dia mengemukakan saat ini pabrik sudah mati total dengan hanya meneruskan produksi yang tersisa dan tidak memerlukan banyak pekerja. Menurutnya, produksi Advan kurang lebih 200.000-300.000 per bulan.
Menurut Tria, saat ini untuk penjualan masih berjalan hanya untuk produksi produk baru yang tergganggu. Dia pun berharap masalah ini segera teratasi.
"Memang jika itu terkait kendala Teknis seperti kapasitas tidak mendukung lebih baik ditambah dulu karena jika hal ini tidak dilakukan jelas merugikan semuanya," ujarnya.