Bisnis.com, MONTREAL — Nilai kekayaan miliarder di dunia telah melonjak ke rekor tertinggi di tengah pandemi Covid-19 berkat stimulus dari pemerintah dan bank sentral yang membuat harga saham dan aset lainnya melonjak tahun ini.
Namun, mereka yang tidak memiliki saham atau aset lain menghadapi gelombang baru kesengsaraan ekonomi.
Bank Dunia memperkirakan dalam sebuah laporan Rabu (7/10/2020) bahwa sebanyak 150 juta orang di seluruh dunia dapat jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem pada akhir tahun depan sebagai hasil dari krisis saat ini.
Hal ini adalah bukti terbaru yang mengonfirmasi kekhawatiran beberapa ekonom bahwa reaksi kebijakan terhadap pandemi Covid-19 membuat ketidaksetaraan ekonomi, yang sudah mencapai titik tertinggi dalam sejarah. Semakin buruk!
Porsi populasi dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrem diperkirakan meningkat menjadi 9,1 persen tahun ini dari 8,4 persen tahun lalu, kata Bank Dunia dalam laporannya, seperti dikutip dari www.huffingtonpost.ca, Kamis (10/7/2020. Hal ini menjadikan krisis ekonomi ini sebagai yang terburuk untuk peningkatan kemiskinan dalam sejarah modern.
Menurut Bank Dunia, mayoritas orang yang diperkirakan termasuk dalam kelompok ini tinggal di negara-negara berpenghasilan menengah seperti India, Nigeria, dan Indonesia, kata Bank Dunia.
Baca Juga
“Tampaknya Covid-19 telah menjadi pembalikan terburuk dalam perjalanan menuju tujuan pengurangan kemiskinan global setidaknya dalam tiga dekade terakhir,” kata Bank Dunia dalam laporannya.
Sementara itu, menurut laporan tahunan mengenai miliarder dari Bank UBS Swiss dan konsultan PricewaterhouseCoopers, total kekayaan miliarder dunia melonjak 27 persen hanya dalam beberapa bulan karena pasar saham pulih dari kejatuhannya awal tahun ini.
Laporan tersebut menemukan bahwa pertumbuhan kekayaan miliarder Kanada terkuat dalam beberapa tahun terakhir, dengan kekayaan bersih mereka melonjak 238 persen sejak 2009, dibandingkan dengan 170 persen untuk miliarder AS. Di antara ekonomi utama, hanya China dan Prancis yang mengalami pertumbuhan kekayaan miliarder yang lebih besar.
Orang-orang superkaya di dunia, tulis laporan UBS/PwC, tidak luput dari kejatuhan pasar saham di awal tahun, dan pada Maret kekayaan mereka turun 6,6 persen dari tahun sebelumnya. Namun, sekitar 2.200 orang yang dihitung sebagai miliarder bangkit kembali ketika saham rebound dan kepemilikan mereka melonjak menjadi US$10,2 triliun pada Juli dibandingkan dengan US$8 triliun pada April.
“Mulai akhir Maret, paket pelonggaran fiskal dan kuantitatif pemerintah yang besar mendorong pemulihan di pasar keuangan. Pada akhir Juli 2020, kekayaan miliarder kembali di atas level 2019,” kata laporan itu.