Bisnis.com, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan meminta BPPT dan Bio Farma segera memproduksi alat PCR tes dan tes rapid untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.
“Sekarang kita lihat BPPT dan Bio Farma untuk menyusun list apa saja yang dibutuhkan dan impor produk apa saja yang kita batasi,” ujar Luhut dalam keterangan resmi, Sabtu (3/10/2020).
Luhut menegaskan kapasitas produksi domestik dapat terserap terlebih dahulu. Impor dilakukan jika produksi dalam negeri tidak mencukupi. Untuk itu, pemerintah akan mendorong BUMN untuk investasi pada bidang tersebut.
Dia juga meminta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk mendorong industri dalam negeri masuk ke sektor farmasi. Secara teknis, kata Luhut, alat tes PCR Bio Farma sudah bisa diproduksi sebanyak 1,5 juta dan bisa naik 3,5 juta per bulan.
“Tapi yang betul-betul mesti diperhatikan adalah stok reagennya. Reagen ini saya minta Pak Honesti [Dirut Bio Farma] untuk juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu,” tambah Luhut.
Reagen diperlukan untuk ekstraksi dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit Covid-19.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan tim gugus tugas BPPT untuk riset inovasi Covid-19 telah siap memproduksi beberapa produk penilaian secara massal.
“Beberapa produk yang digunakan untuk screening seperti tes rapid telah dapat diproduksi secara massal,” ujarnya.
Bekerja sama dengan PT Prodia, PT Tempo Scan Pasific, dan PT Padma BPPT telah mampu meningkatkan produksi tes rapid hingga lebih dari 2 juta alat per bulan.
“Bila kita ingin memenuhi kebutuhan yang proyeksinya 6 juta per bulan dengan asumsi 200 tes per hari kali 30 hari,” urainya.
Hammam menjelaskan BPPT telah berhasil membuat alat tes PCR.
Alat PCR yang digagas pada Maret bersama startup biomolekuler milik Bio Farma sekarang berhasil memasuki generasi kedua dengan menggunakan metode multiplex.
“Ini berbeda dengan simulfex karena tingkat akurasi dan kecepatannya,” papar Hammam.