Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akui Indonesia Resesi, Ini Penjelasan Pemerintah

BKF mengungkapkan perlambatan aktivitas ekonomi menjadi tanda jelas terjadinya resesi. Tahun ini, ekonomi indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi dalam kisaran minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen.
Sejumlah pedagang menunggu pembeli di Pasar Bandung Kimpling, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (2/5/2020). /ANTARA
Sejumlah pedagang menunggu pembeli di Pasar Bandung Kimpling, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (2/5/2020). /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah akhirnya mengakui bahwa ekonomi Indonesia mengalami resesi tahun ini.

Kendati demikian, pemerintah cukup percaya diri bahwa resesi yang menimpa perekonomian Indonesia tidak akan separah negara lainya.

Secara teknikal, status resesi bisa disandang oleh suatu negara jika pertumbuhan ekonominya sudah mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.

Dalam kasus Indonesia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/ 2020 tercatat minus 5,32 persen. Adapun, Kementerian Keuangan memperkirakan angkanya berada di kisaran minus 2,9 persen sampai minus 1 persen pada kuartal ketiga ini yang akan diumumkan pada 5 November mendatang.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengungkapkan Indonesia sudah masuk resesi, dimana resesi sudah terjadi sejak awal kuartal I/2020.

Seperti diketahui, ekonomi Indonesia sudah mengalami penurunan saat itu. Dari biasanya PDB Indonesia berada di kisaran 5 persen, turun menjadi 2,97 persen pada kuartal I/2020.

Penurunan terus berlanjut ke kuartal II yang realisasinya minus 5,32 persen.

"Ini sudah jelas resesi, tetapi dalam menilai resesi ini penting untuk melakukan perbandingan yang fair," kata Febrio dalam media briefing virtual dengan BKF, Kamis (1/10/2020).

Dalam kesempatan yang sama, Febrio mengungkapkan perlambatan aktivitas ekonomi menjadi tanda jelas terjadinya resesi. Tahun ini, dia memperkirakan ekonomi indonesia akan mengalami kontraksi dalam kisaran minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen.

Proyeksi tersebut direvisi dari angka sebelumnya, yakni -1,1 persen - 0,2 persen.

"Kita lihat di kuartal pertama sudah turun, [namun] kita belum bisa katakan resesi karena belum tahu berapa lama. Sekarang, kita melihat kuartal kedua melemah, kuartal ketiga melemah. Ternyata kuartal pertama, sudah terjadi perlambatan dan ini berkelanjutan," paparnya.

Tidak hanya Indonesia, Febrio mengungkapka beberapa negara bahkan mencatatkan resesi yang lebih parah dari Indonesia.

Dia mengambil contoh India yang tercatat minus 24 persen atau negara-negara lainnya yang mayoritas ekonominya terkontraksi di kisaran 10 persen - 15 persen.

Febrio menekankan meski Indonesia mengalami resesi namun cara melihatnya harus menggunakan perpektif yang luas. Apalagi jika ekonomi Indonesia hanya minus 1,7 persen - minus 0,6 persen kondisi ini jauh lebih baik dengan kondisi perekonomian negara-negara di atas.

"Kita mengatakan bahwa ini adalah masalah yang sangat berat. Tetapi kita juga melakukan targeting dan tetap berhati-hati," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper