Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Indonesia terancam akan mengalami resesi pada kuartal ketiga tahun ini setelah mencatatkan pertumbuhan negatif pada kuartal II/2020 lalu akibat dari pandemi Covid-19.
Pemerintah pun memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 akan terkontraksi pada kisaran -2,9 persen hingga -1,0 persen. Adapun, pada 2020, ekonomi diramal akan terkontraksi -1,7 persen hingga -0,6 persen.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan perekonomian Indonesia saat ini memiliki ketahanan yang cukup baik jika dibandingkan dengan krisis-krisis yang pernah dialami Indonesia di masa lalu.
Bahkan, kata Dody, kontraksi ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara di Asean.
"Ini pertanda, fundamental terus kita jaga, dukungan sinergi dan kredibilitas kebijakan yang sangat baik, dengan pijakan makroekonomi yang tentunya dengan fundamental yang sangat kuat," katanya dalam webinar, Rabu (23/9/2020).
Dody menyampaikan, beberapa indikator terkini menunjukkan sudah adanya indikasi pemulihan permintaan domestik.
Baca Juga
Di samping itu, penguatan ekonomi global juga diharapkan akan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia. Hal ini tercermin dari peningkatan ekspor di beberapa komoditas, seperti besi baja dan biji logam.
"Ini masih data awal, paling tidak memberikan secercah harapan," ujarnya.
Dody mengatakan, perkembangan positif juga ditunjukkan dari stabilitas harga dan diharapkan ke depan akan tetap terjaga dengan baik. Inflasi 2020 diproyeksikan akan mencapai batas bawah, dalam kisaran 2-4 persen.
"Dari pengamatan dan perhitungan BI, pemulihan ekonomi akan terus berlanjut, paling tidak ekonomi semester II ini akan lebih baik dari triwulan II/2020".
Menurut Dody, pemulihan ekonomi akan didukung dari sisi konusmsi, sejalan dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang akan terus dilakukan di sejumlah, tentunya yang dibarengi dengan manjaga protokol Covid-19 secara ketat.
Sejalan dengan itu, pemerintah juga akan mempercepat realisasi APBN sebagai bentuk stimulus fiskal. Selain itu, percepatan penyaluran kredit, restrukturisasi, dan penjaminan kredit juga diharapkan bisa semakin meningkatkan permintaan masyarakat.