Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jamu Indonesia Kalah di Pasar Global, Industri Diminta Pacu Daya Saing

Pada 2019, Indonesia menempati urutan ke-18 negara pengekspor biofarmaka ke dunia dengan pangsa pasar sebesar 0,62 persen.
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id

Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Agus Suparmanto meminta industri jamu untuk meningkatkan daya saing produk dan mendukung usaha skala mikro. Hal ini dinilai penting untuk memperluas ekspor produk jamu di tengah bergesernya pelaku konsumen akibat pandemi Covid-19.

“Kita dapat mengubah momentum krisis ini menjadi lompatan kesempatan. Jamu adalah salah satu keunggulan lokal yang memiliki potensi besar di pasar domestik dan luar negeri. Apalagi disrupsi yang terjadi selama pandemi Covid-19 ini telah menggeser perilaku dan pola konsumsi masyarakat dunia ke arah yang semakin sadar kesehatan,” kata Agus dalam webinar “Jamu Modern untuk Pasar Indonesia, Asia, Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Serikat” dikutip dari pernyataan resmi, Selasa (15/9/2020).

Agus juga menyampaikan bahwa industri jamu Indonesia mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sektor ini tercatat telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dengan pertumbuhan mencapai 6 persen pada 2019.

“Selain itu, dengan bahan baku yang kurang lebih 90 persen berasal dari dalam negeri, industri jamu akan memberikan multiplier effect yang signifikan dalam pertumbuhan perekonomian mulai dari sektor hulu sampai hilir,” kata Agus.

Di tengah pandemi Covid-19, sejumlah sektor mampu bertahan dari pandemi. Misalnya industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 8,65 persen pada kuartal II 2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu di sektor biofarmaka atau tanaman obat, nilai ekspor secara keseluruhan memang ikut terdampak pandemi. Pada periode Januari–Juli 2020, nilai ekspor produk biofarmaka adalah US$5,69 juta. Nilai ini turun 12,60 persen dari nilai ekspor pada periode yang sama pada 2019 yang senilai US$6,51 juta.

Meski demikian, peningkatan nilai ekspor di sejumlah kawasan tujuan ekspor memberi harapan untuk jenis produk biofarmaka.

Pada periode Januari–Juli 2020, nilai ekspor produk biofarmaka ke kawasan Timur Tengah justru meningkat sebesar 511,41 persen menjadi US$38.820, meroket dari US$6.350 pada periode yang sama pada 2019.

Kenaikan ekspor juga terjadi ke Amerika Serikat yang naik 8,36 persen dan Eropa 5,26 persen pada periode yang sama. Negara tujuan ekspor produk biofarmaka Indonesia pada periode Januari–Juli 2020 masih didominasi oleh India (52,83 persen), Singapura (7,82 persen), Jepang (6,25 persen), Vietnam (5,37 persen), dan Malaysia (4,98 persen).

Pada 2019, Indonesia menempati urutan ke-18 negara pengekspor biofarmaka ke dunia dengan pangsa pasar sebesar 0,62 persen. Pemasok biofarmaka dunia masih didominasi oleh India (34,88 persen), China (8,10 persen), dan Belanda (7,16 persen).

“Hal ini menyadarkan kita bahwa potensi produk biofarmaka nasional, seperti jamu, yang bahan bakunya berlimpah di dalam negeri ini perlu kita optimalisasi. Munculnya India sebagai pemain utama biofarmaka dunia di satu sisi, dan kenyataan ekspor bahan biofarmaka nasional yang lebih dari separuhnya ditujukan ke India, secara tidak langsung menunjukkan struktur industri jamu nasional sekaligus potensi pasar yang dapat kita manfaatkan pada tataran global di sektor ini,” kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper