Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat memandang bahwa penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar di DKI Jakarta dapat memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Seperti diketahui, pada Rabu (9/9/2020) malam, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk menarik rem darurat dan menerapkan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Selain itu, ganjil-genap untuk kendaraan akan ditiadakan.
Anies memutuskan untuk melakukan PSBB kembali setelah melihat jumlah yang terpapar Covid-19 terus meningkat. Di sisi lain ketersediaan tempat tidur ruang isolasi dan ICU semakin menipis.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa kebijakan ini membuka peluang terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Karena kalau kita lihat secara proporsi, DKI Jakarta ini merupakan salah satu provinsi dengan sumbangan ekonomi relatif paling besar ke PDB nasional. Sekitar 17 persen,” katanya saat dihubungi, Kamis (10/9/2020).
Yusuf menjelaskan bahwa dengan kondisi seperti itu, maka keduanya akan saling berkaitan. Pada triwulan II/2020 contohnya, saat itu pertumbuhan di Ibu Kota minus sekitar 8 persen. Sementara Indonesia 5,32 persen.
PSBB tentu akan menanggung konsekuensi yang cukup besar. Walaupun periode kuartal III akan berakhir, Yusuf tetap yakin ekonomi masih negatif. Alasannya yaitu kebiasaan normal belum berdampak signifikan pada aktivitas dunia usaha.
Meski begitu, kebijakan yang dilakukan Anies menurut Yusuf memang harus dilakukan. Berkaca pada negara lain, apabila ingin mempercepat proses ekonomi, kesehatan yang harus diutamakan.
Akan sulit apabila memulihkan ekonomi tetapi kasus penambahan Covid-19 tidak bisa terbendung. Itulah dampak baik dan buruknya dari PSBB.
Kebijakan pemerintah pusat dengan memberikan stimulus baik itu ke pekerja formal, informal, dan pelaku usaha skala mikro hingga besar sebenarnya sudah tepat. Perlindungan sosial ini bisa membantu permintaan di tengah kegiatan yang terbatas.
Dengan begitu, pemerintah bisa menekan penyebaran tanpa terlalu khawatir roda ekonomi tidak berputar. Momen ini juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan tes massal untuk melacak penyebaran Covid-19.
“Kalau di triwulan II ekonomi -5,32 persen, kami prediksi di triwulan III dengan bantuan dan program lainnya akan berada di -2 persen sampai -4 persen,” jelas Yusuf.