Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Impor Daging Kerbau India Capai 23.658 Ton

Kementerian Perdagangan memastikan penerbitan persetujuan impor (PI) telah sesuai dengan rekomendasi yang diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas lintas kementerian dan lembaga terkait.
Daging kerbau beku yang dijual Bulog./Antara
Daging kerbau beku yang dijual Bulog./Antara
Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan melaporkan realisasi importasi daging kerbau India telah mencapai 23.658 ton. Jumlah tersebut setara dengan 13,92 persen dari total kuota impor sebanyak 170.000 ton yang diberikan pemerintah kepada BUMN.
"Per 31 Agustus 2020, dari alokasi 170.000 ton yang diberikan sudah direalisasikan sebesar 23.658 ton," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Didi Sumedi kepada Bisnis, Selasa (8/9/2020).
Dia pun memastikan penerbitan persetujuan impor (PI) telah sesuai dengan rekomendasi yang diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas lintas kementerian dan lembaga terkait.
"PI yang diterbitkan berlaku sampai dengan 31 Desember 2020 sesuai dengan rekomendasi dan amanat rakortas," lanjut Didi.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud pun memastikan bahwa kuota yang telah ditetapkan pemerintah tak mengalami perubahan meski permintaan daging sapi mengalami kontraksi selama pandemi.
Dia pun mengemukakan bahwa kegiatan importasi yang ditugaskan kepada BUMN bakal tergantung dengan rencana perusahaan dengan mempertimbangkan permintaan di pasar.
“Yang ditugaskan tentu saja mempertimbangkan demand,” lanjutnya.
Sampai Juni, realisasi impor daging kerbau baru mencapai 5.124 ton dari total kuota yang diberikan pemerintah 170.000 ton. Kuota tersebut masing-masing diberikan kepada Perum Bulog sebanyak 100.000 ton, PT Berdikari sebanyak 50.000 ton, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia dengan volume 20.000 ton.
Di sisi lain, kehadiran kuota impor daging kerbau India menjadi salah satu penyebab pelaku usaha penggemukan sapi potong eks-impor menahan kegiatan impor dari Australia. Dalam laporan Indonesia-Australia Red Meat & Cattle Partnership, impor sapi bakalan selama semester I 2020 tercatat mengalami penurunan sebesar 15 persen.
Dalam wawancara kepada Bisnis, Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong (Gapuspindo) Joni P. Liano mengharapkan pemerintah dapat mempertimbangkan kembali pemasukan daging kerbau asal India mengingat usaha penggemukan sapi memiliki kontribusi nilai tambah dan serapan tenaga kerja yang cukup besar.
Adapun dari segi persaingan, pasar daging sapi hasil penggemukan kerap tertekan oleh kehadiran daging kerbau India yang jauh lebih murah.
Indonesia-Australia Red Meat & Cattle Partnership mengestimasi kontribusi ekonomi dari usaha penggemukan bernilai US$270 juta dengan jumlah pekerja mencapai 100.000 orang yang meliputi serapan di sektor pakan, logistik, penggemukan, pemrosesan, dan penjualan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper