Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan minyak dan gas bumi asal Paman Sam, ExxonMobil Corp. dikabarkan tengah mengkaji rencana pemutusan hak kerja karyawannya yang ada di seluruh dunia.
Seorang juru bicara ExxonMobil mengatakan bahwa mereka mengumumkan program PHK secara sukarela di Australia menyusul penurunan permintaan bahan bakar karena pandemi Covid-19.
"Evaluasi kami tengah berjalan di setiap negara untuk menentukan kemungkinan efisiensi tambahan untuk menyesuaikan ukuran bisnis kami dan membuatnya lebih kuat untuk masa depan," kata Juru Bicara Exxon Casey Norton kepada Reuters melalui surel kepada Reuters seperti dikutip dari www.thestreet.com, Kamis (3/9/2020).
Sebelumnya Bloomberg memberitakan bahwa ExxonMobil Corp. tengah bersiap memangkas jumlah pekerja di Amerika Serikat karena akan berfokus pada reorganisasi yang lebih ramping dan efisien.
Sumber Bloomberg menyebutkan bahwa pada akhir Juni 2020 sekitar 5 persen—10 persen karyawan ExxonMobil yang berbasis di Amerika Serikat telah dievaluasi kinerjanya dan dapat diberhentikan pada tahun ini sesuai dengan penilaian yang didapatkan.
Namun, seorang juru bicara ExxonMobil mengatakan pada saat itu pihaknya tidak memiliki rencana untuk melakukan PHK dan tidak ada target untuk mengurangi jumlah pekerjanya.
Baca Juga
"ExxonMobil mengelola siklus pasang surut industri dengan melengkapi memenuhi kebutuhan karyawan kami dengan kontraktor. Saat memasuki siklus turun, kami mengurangi penggunaan kontraktor. Itu terjadi sekarang. Kami memiliki proses manajemen yang ketat yang secara rutin menilai kinerja karyawan," ujar juru bicara tersebut.
Chief Executive Office ExxonMobil Darren Woods pada saat rapa pemegang saham tahunan pada Mei lalu mengatakan bahwa kendati tidak ada rencana untuk melakukan PHK, perseroan mengurangi jumlah kontraktornya dan berusaha menjadikan perusahaan lebih ramping.
ExxonMobil memutuskan untuk mengatur ulang divisi hulu untuk diintegrasikan dengan unit bisnis yang lain agar bisa lebih meningkatkan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan.
Penurunan permintaan minyak yang sangat dalam mendorong Exxon untuk membatalkan beberapa rencana pertumbuhannya dan memangkas seperti belanja modalnya atau sekitar US$10 miliar pada awal tahun ini.