Bisnis.com, JAKARTA — Masalah serapan yang dihadapi industri Tanah Air imbas dari belum pulihnya daya beli masyarakat diharapkan terurai dengan percepatan penyaluran bantuan sosial.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengemukakan bahwa penyerapan produk sepanjang Agustus cenderung stagnan karena daya beli yang masih rendah.
Dia mengemukakan bahwa bantuan langsung tunai kepada pekerja bisa mendorong hal tersebut, tetapi sejauh ini belum dirasakan industri.
“Utilisasi padahal sudah hampir 50 persen, tapi permintaan masih stagnan,” ujar Rizal kepada Bisnis, Selasa (1/9/2020).
Guna mencegah terjadinya penumpukan barang di agen, Rizal mengatakan bahwa banyak pabrikan yang akhirnya hanya melakukan produksi sesuai dengan permintaan.
Dia menaruh harapan supaya permintaan dapat membaik pada September ini karena subsidi gaji dan Kartu Prakerja kian banyak penyalurannya.
“Kami tidak bisa memberi banyak diskon karena untuk kain spare margin sudah sangat kecil. Untuk mengurangi risiko kerugian akibat produk yang tak terserap, kami akhirnya hanya produksi sesuai pesanan,” katanya.
Di sisi lain, industri makanan dan minuman masih merasakan tren permintaan yang baik sepanjang Agustus.
Menurut Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman, sejumlah produk, bahkan menunjukkan kinerja yang baik.
“Dari laporan anggota untuk produk susu dan santan bahkan barang [di gudang] tidak ada, artinya memang laku. Begitu pun untuk roti,” kata Adhi.
Dia pun masih memasang target positif untuk kinerja industri makanan dan minuman, terlebih dengan tersalurkannya bantuan sosial bagi kelas menengah seperti subsidi upah pekerja (SUP).
“UMKM juga mendapat dana hibah untuk produksi, saya kira ini bisa terus mendorong permintaan,” tuturnya.