Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif bisa memahami kinerja PT Pertamina (Persero) yang mencatatkan kerugian pada semester I/2020.
Arifin menilai kondisi industri minyak dan gas bumi yang tidak kondusif sepanjang paruh pertama tahun ini menjadi faktor utama penekan kinerja sejumlah perusahaan migas.
Mneurutnya, kerugian yang dialami Pertamina karena memang terjadinya penurunan permintaan produk migas yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan juga gejolak kurs rupiah.
"Secara general kita memang bisa memaklumi karena semua perusahaan bisa terdampak," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Rabu (26/8/2020).
Pertamina membukukan pendapatan sebesar US$20,48 miliar pada semester I/2020. Jika dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$25,46 miliar, artinya sepanjang 6 bulan tahun ini jumlah pendapatan Pertamina menyusut 19,56 persen.
Seiring dengan penurunan pendapatan, Pertamina terlihat melakukan efisiensi dengan melakukan pemangkasan beban. Tercatat beban pokok penjualan dan beban langsung menyusut dari US$21,98 miliar menjadi US$18,87 miliar atau mencapai 14,13 persen secara tahunan sehingga secara operasi, sepanjang periode 6 bulan pertama tahun ini, Pertamina membukukan laba kotor US$1,60 miliar. Capaian itu turun 54,87 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$3,56 miliar.
Baca Juga
Kerugian muncul seiring selisih kurs yang harus ditanggung perseroan. Pada tahun lalu, pos nilai tukar ini menghasilkan pendapatan US$64 juta, akan tetapi pada semester I/2020 pos nilai tukar memberi kerugian US$211,83 juta. Dampaknya perusahaan membukukan rugi sebelum pajak penghasilan sebesar US$58,3 juta.
Kerugian Pertamina membesar setelah dimasukkan pajak penghasilan sebesar US$702,93 juta. Dengan penambahan pos pajak ini, maka rugi tahun berjalan perseroan menjadi US$761,23 juta.
Jumlah rugi makin menumpuk setelah dilakukan perhitungan penyesuaian pendapatan dari entitas anak. Pos ini memberi tambahan kerugian sebesar US$164,71 shingga dengan capaian ini, total kerugian komprehensif Pertamina menjadi US$925,95 juta. Sementara itu, periode yang sama tahun sebelumnya, Pertamina mencatatkan laba US$627,84 juta.