Bisnis.com, JAKARTA — Perhimpunan Ekonom Pertanian Indonesia memperkirakan harga pangan di dalam negeri tidak akan mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa bulan ke depan.
Kondisi produksi yang baik dan permintaan yang lebih rendah dibandingkan dengan masa sebelum pandemi menjadi motor utama terjaganya harga.
“Saya belum melihat terjadinya kenaikan yang signifikan dalam beberapa bulan ke depan. Produksi relatif baik. Musim kering pun diperkirakan lebih pendek. Jagung sempat ada masalah hama, tapi sekarang tampaknya baik-baik saja. Begitu pun pada padi dan lainnya,” kata Dewan Pembina Perhimpunan Ekonom Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi ketika dihubungi, Selasa (25/8/2020).
Sekali pun ada masalah harga, Bayu menyebutkan bahwa kondisinya bakal bersifat lokal dan disebabkan oleh masalah distribusi. Permintaan yang membaik pun dia nilai belum bisa menggenjot harga lantaran lebih rendah dibandingkan masa normal.
“Daya beli mungkin mulai membaik, tetapi diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan dengan kondisi normal karena sifatnya baru menetralisasi penurunan permintaan kemarin,” sambungnya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri memastikan bahwa ketersediaan pangan nasional memadai meski Indonesia tengah menghadapi kemarau.
Baca Juga
Berdasarkan data ketersediaan stok pangan yang dihimpun pihaknya, stok beras sampai akhir Juni tercatat berjumlah 7,83 juta ton.
Potensi produksi pada musim tanam kedua ditaksir dapat mencapai 12 juta ton sehingga stok akhir beras nasional secara kumulatif pada Desember masih berjumlah 7,10 juta ton.