Bisnis.com, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih mengkaji relaksasi split atau bagi hasil di Blok Masela.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, kajian tersebut mengingat pada saat ini harga gas dunia masih bergerak pada level yang rendah.
Berdasarkan pertemuan pemerintah Indonesia dengan Inpex di Jepang, Juni 2019, Indonesia akan mendapatkan bagi hasil dari produksi Lapangan Abadi antara 50-59 persen, tergantung proses dan hasil produksi.
"Kita masih akan review menyangkut keekonomian proyek ini kan mulai 2027. Harga minyak dan gas rendah sekarang, 2027 analisisnya bagaimana. Lihat nanti keekonomiam pas onstream," ungkapnya di Kantor Kementerian ESDM, Jumat, (07/08/2020).
Sementara itu, Dwi menambahkan, pihaknya belum mendapatkan laporan resmi dari Shell terkait dengan rencana kelanjutannya diproyek tersebut.
Dia mengatakan pihaknya akan meminta laporan resmi dari Shell terkait dengan konsorsium di proyek itu pada pekan depan.
Baca Juga
"Abadi Masela apapun rencana Shell itu jalan terus, karena komitmen Inpex dan dukungan Shell jelas," ungkapnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Ego Syahrial mengungkapkan, terdapat 32 calon mitra yang sedang dalam proses buka data untuk proyek Masela.
Namun, Ego belum mebeberkan secara rinci perusahaan-perusahaan tersebut yang sedang melakukan pendekatan.
"Kita tidak tahu apakah dalam dan luar negeri cuman kalau kita bicara 32 ngertilah. Artinya kalaupun ada yang dalam negeri mungkin berapa buah. Siapa yang besar-besar Pertamina, Medco," jelasnya.