Bisnis.com, JAKARTA - PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) memproyeksikan upaya memulihkan kinerja pada semester II/2020 masih teradang oleh tingginya penambahan kasus Covid-19 setelah pada semester I/2020 terkontraksi akibat berhentinya operasional maskapai selama tiga bulan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga kuartal II/2020, sektor transportasi dan pergudangan khususnya angkutan udara mengalami kontraksi hingga minus 80 persen dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun lalu. Sebelumnya, pada kuartal I/2020 sektor ini memang sudah mengalami kontraksi sebesar 13,21 persen.
Corporate Secretary AirAsia Indonesia Indah Permatasari Saugi mengatakan pandemi Covid-19 saat ini masih menunjukkan penambahan jumlah kasus yang cukup tinggi khususnya di beberapa kota besar di Indonesia. Hal tersebut masih menjadi kendala utama dalam memperbaiki kinerja pada semester II/2020 ini.
Selain itu perpanjangan masa pembatasan sosial di beberapa wilayah dan semakin ketatnya ketentuan penerbangan menyebabkan tingkat permintaan atas layanan penerbangan berjadwal belum juga membaik.
"Keadaan ini juga memaksa perseroan harus menunda sejumlah aksi korporasi yang sedang direncanakan dalam rangka meningkatkan kepemilikan saham publik sampai dengan situasi dan kinerja operasional berjalan dengan normal kembali," kata Indah, Rabu (5/8/2020).
Pada 19 Juni 2020, lanjutnya, layanan penerbangan maskapai nasional baru mulai melakukan pengoperasian penerbangan berjadwal rute internasional dan domestik secara bertahap pada rute tertentu setelah hampir 3 bulan berhenti beroperasi sementara.
Baca Juga
Secara otomatis, lanjutnya, selama masa hibernasi tersebut, perseroan hanya melayani penerbangan charter penumpang dan kargo baik untuk kebutuhan perjalanan pemerintah, swasta, organisasi, maupun komunitas masyarakat ke berbagai destinasi domestik dan internasional dengan persetujuan dari otoritas terkait.
“Untuk itu, saat ini kami sedang fokus untuk memulihkan minat dan kepercayaan masyarakat untuk bepergian menggunakan transportasi udara selama masa adaptasi kebiasaan baru sejalan dengan arahan Kementerian Perhubungan,” jelasnya.
Menurutnya, karyawan juga terus bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan transportasi udara untuk perjalanan penumpang maupun barang untuk rute domestik maupun internasional dengan menerapkan protokol keamanan dan kesehatan yang berlaku.
Sementara itu, dari sisi pengelolaan biaya, maskapai nasional tersebut masih melakukan kebijakan cost saving di setiap lini dan melakukan negosiasi ulang biaya yang berhubungan dengan operasional seluruh pemasok dan pemangku kepentingan.