Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Buka Suara Soal Ekonomi RI Minus 5,3 Persen

Berdasarkan assessment bank sentral, episentrum virus Corona (Covid-19) di Indonesia terjadi April-Mei atau saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo buka suara terkait realisasi produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,3 persen pada kuartal II/2020.

Berdasarkan assessment bank sentral, dia mengatakan episentrum virus Corona (Covid-19) di Indonesia terjadi April-Mei atau saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Indikator yang kami monitor juga menunjukkan April-Mei [kontraksi] terdalam. Mulai ada perbaikan itu Juni, dari PMI [performance manufacture index], Juni-Juli ada kenaikan," katanya saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual, Rabu (5/8/2020).

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), Perry mengatakan kontraksi 5,3 persen yang paling dalam pada sektor transportasi dan pergudangan karena adanya PSBB. Selain itu, sektor akomodasi, seperti hotel dan restoran, juga mengalami kontaksi yang sangat dalam.

Meski demikian, Perry mengatakan sektor jasa keuangan tetap tumbuh positif 1,03 persen [yoy]. Itu sebabnya bank sentral menurunkan suku bunga acuan [BI7DRR] dan giro wajib minimum (GWM).

"Kemudian kami menggelontorkan quantitative easing, ada restrukturisasi kredit sehingga kondisi sektor tetap dijaga oleh KSSK. Alhamdulillah, masih positif," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sangat dalam, yaitu minus 5,5 persen, karena dampak dari penerapan PSBB. Penerapan PSBB memukul sektor transportasi, hotel, restoran, dan ritel di kota-kota besar.

Adanya pembatasan sosial, lanjutnya, membuat masyarakat kelas menengah tidak bisa berbelanja untuk kebutuhan-kebutuhan di atas.

"Namun, untuk belanja rumah tangga terkait makanan minuman, perumahan, kesehata, dan pendidikan masih tumbuh oke. Ini juga membuktikan belanja bansos dapat mencegah mencegah penurunan konsumsi rumah tangga lebih dalam," imbuhnya.

Untuk itu, Perry mengatakan bank sentral bersama pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) fokus untuk mempercepat pemulihan ekonomi pada kuartal III/2020.

Dia mengatakan bakal mendukung langkah Presiden Joko Widodo agar pemulihan ekonomi tetap dilakukan secara produktif dan aman sesuai protokol kesehatan.

"Pembukaan transportasi umum, restoran, dan hotel harus mengedepanan protokol Covid-19 agar tidak terjadi second wave," kata Perry.

Dari sisi moneter, BI kembali menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen pada Juli 2020.

Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper