Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan inflasi Indonesia mengalami perlambatan pada periode Juni tahun ini.
Inflasi terjadi sebesar 0,32 persen secara quarter-to-quarter (qtq). Secara tahunan, inflasi pada Juni 2020 adalah sebesar 1,96 persen. Sementara secara bulanan, terjadi deflasi 0,10 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan angka inflasi tersebut relatif rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, fenomena ini terjadi di semua negara.
Perlambatan inflasi tersebut, katanya, dikarenakan oleh lemahnya sisi permintaan. Di samping itu, sisi pasokan juga terkendala akibat pandemi Covid-19.
"Fenomena di semua negara memang terjadi perlambatan inflasi, bahkan mengarah ke deflasi karena lemahnya permintaan dan adanya kendala dalam pasokan," katanya, Rabu (5/8/2020).
BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun ini tumbuh negatif 5,32 persen secara year-on-year (yoy).
Baca Juga
Suhariyanto mengatakan pandemi Covid-19 membawa dampak yang sangat buruk, mulai dari kesehatan hingga berdampak ke sosial dan ekonomi.
Berbagai kebijakan menurutnya telah dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona, seperti penutupan sekolah dan beberapa kegiatan bisnis, pembatasan sosial berskala besar, bahkan lockdwon sehingga mengakibatkan penurunan tingkat konsumsi dan investasi.
Hal yang sama juga terjadi pada negara mitra dagang Indonesia. Suhariyanto menyebut ekonomi mitra dagang Indonesia juga mengalami kontraksi pada kuartal II/2020, kecuali China.
"China sudah ada recovery pada kuartal kedua dengan pertumbuhan sebesar 3,2 persen yoy," katanya.
Setali tiga uang, Amerika Serikat juga mengalami kontraksi yang dalam, yaitu sebesar -9,5 persen pada kuartal kedua 2020. Sementara itu, Singapura mengalami resesi setelah dua kuartal berturut-turut mencatatkan kontraksi, yaitu sebesar -0,3 persen pada kuartal I dan -12,6 persen pada kuartal II tahun ini.
Selain itu, Korea Selatan tercatat pertumbuhan ekonominya terkontraksi sebesar -2,9 persen setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,4 persen pada kuartal pertama.
Hong Kong dan Uni Eropa pun kompak mencatatkan kontraksi dalam 2 kuartal terakhir. Ekonomi Hongkong mengalami koreksi sebesar -9,0 persen, sementara ekonomi Uni Eropa terkontraksi paling dalam dibandingkan dengan negara mitra dagang Indonesia lainnya, yaitu sebesar -14,4 persen.