Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produktivitas Belum Optimal, Kadin Pesimistis Indeks Manufaktur Berekspansi

Pemangku keentingan diminta untuk membantu merangsang sisi permintaan. Pasalnya, stimulus yang diberikan oleh pemerintah sejauh ini mayoritas bertujuan untuk meringankan modal kerja pabrikan.
Sejumlah pegawai PT Kahatex berjalan keluar kawasan pabrik di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). Data dari Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, per 27 Mei 2020 sebanyak 3.066.567 pekerja dikenai pemutusan hubungan kerja dan dirumahkan akibat pandemi Covid-19. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Sejumlah pegawai PT Kahatex berjalan keluar kawasan pabrik di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). Data dari Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, per 27 Mei 2020 sebanyak 3.066.567 pekerja dikenai pemutusan hubungan kerja dan dirumahkan akibat pandemi Covid-19. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang Indonesia (Kadin) memperkirakan pelonggaran protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) merupakan kunci tren peningkatan indeks manufaktur atau Purchasing Manager's Index (PMI) beberapa bulan terakhir.

Adapun, lonjakan sekitar 790 basis poin pada Juli 2020 menjadi 46,9 disebabkan oleh meningkatnya produktivitas di beberapa pabrikan. Sebelumnya, pelonggaran PSBB membuat produktivitas seluruh pabrikan maksimum hanya 50 persen.

"Untuk beberapa perusahaan sepertinya [produktivitasnya] sudah bergerak ke sekitar 70 persen. Itu yang membuat mengelia PMI ini meningkat ke level 46,9," ujar Ketua Kadin Bidang Industri Johnny Darmawan kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).

Johnny mengatakan pelonggaran PSBB pada awal semester I/2020 juga membuat mobilitas manusia semakin longgar. Johnny mencontohkan seperti adanya mutasi pekerja dan peningkatan jumlah manusia di pabrikan.

Namun demikian, Johnny menilai PMI nasional akan sulit menembus level 50,0 dalam waktu dekat. Pasalnya, tingkat produktivitas sektor manufaktur belum dapat kembali seperti pra-pandemi karena harus disiplin melaksanakan protokol kesehatan.

Oleh karena itu, pemangku kepentingan diminta untuk membantu merangsang sisi permintaan. Pasalnya, stimulus yang diberikan oleh pemerintah sejauh ini mayoritas bertujuan untuk meringankan modal kerja pabrikan.

"Bisa saja [menembus level 50,0]. Saya tidak katakan tidak bisa, tapi rada berat. Karena manufakturing kita belum 100 persen full. Kedua, pasarnya masih tertutup," ucapnya.

Terpisah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan pihaknya akan terus menjaga momentum peningkatan indeks PMI nasional agar bisa kembali menembus level 50,0. Agus optimistis sektor manufaktur nasional dapat menembus level 50,0 pada kuartal III/2020.

Agus meramalkan peningkatan PMI pada kuartal III/2020 akan bergantung pada sektor manufaktur yang utilitasnya dapat meningkat signifikan. Dengan kata lain, sektor-sektor manufaktur yang memiliki permintaan domestik tinggi seperti farmasi, alat kesehatan, dan makanan dan minuman.

"Stimulus bagi dunia industri akan terus kami gulirkan agar aktivitas industri bisa kembali normal. Peningkatan PMI ke depan akan ditopang oleh penyerapan hasil industri dalam negeri.," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper