Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GMF AeroAsia (GMFI) Ungkap Likuiditas Terganggu

GMF AeroAsia mengalami gangguan likuidutas sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang menghantam sektor penerbangan.
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia Tbk. (GMFI) turut mengalami gangguan likuiditas akibat mundurnya pembayaran dari pelanggan maskapai komersial yang terdampak langsung pandemi Covid-19.

VP Corporate Strategy & Business Development PT GMF AeroAsia Tbk. Desrianto Adi Prayogi mengatakan dampak penurunan industri maskapai selama masa pandemi juga menyeret bisnis maintenance, repair, and overhaul (MRO).

Selama ini untuk Garuda Indonesia dan Citilink pihaknya rata-rata melayani 400 hingga 600 penerbangan per kasusnya hingga mengalami keterpurukan pada April 2020 dengan sekitar 40 penerbangan per kasus. Namun, pada Juni 2020 permintaan jasa mulai meningkat kembali dengan menangani 150 penerbangan per kasus.

Yogi pun menekankan meski maskapai tetap melakukan perawatan kendati tidak beroperasional selama pandemi tetapi dampaknya mengganggu likuiditas jasa MRO. Maskapai penerbangan memilih mengamankan biaya tunai untuk kepentingan yang lebih prioritas.

“Banyak yang menyampaikan MRO masih bisa survive karena terbang nggak terbang pesawat meski di-maintenance. Namun, ada yang lupa dampak pandemi mengakibatkan likuiditas maskapai menurun. Otomatis berdampak pada MRO. Daya bayarnya kepada jasa ini berkurang, enggak hanya Garuda-Citilink,”jelasnya, Rabu (29/7/2020).

Tak hanya itu, Yogi pada prakteknya di lapangan ketika banyak pesawat yang dikandangkan atau grounded tidak otomatis membuat maskapai melakukan perawatan. Saat ini banyak maskapai memilih memperpanjang program perawatan akibat rendahnya tingkat utilisasi pesawat.

GMFI pun tak luput melakukan efisiensi, ada sebanyak 5175 karyawan dilakukan penundaan gaji dengan kisaran 10 persen hingga 50 persen. Hingga tidak memperpanjang kontrak tenaga alih daya yang berakhir kontraknya pada 30 Maret 2020.

“Yang kami lakukan jelas nggak hanya MRO dan GMF saja, tetapi semua melakukan cost efisiensi kita lakukan. Namun salah satu yang menjadi prioritas terakhir kita lakukan adalah yang berkaitan dengan karyawan. Evaluasi kami lakukan tenaga outsourcing. Namun tidak ada PHK,” tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper