Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani menjelaskan pandemi Covid-19 menekan dunia usaha, salah satunya industri properti perhotelan.
Dia mencatat okupansi hotel turun 14,45 persen, penerbangan domestik turun 98,34 persen, penerbangan internasional anjlok 99,18 persen per Mei 2020.
“Dampaknya sendiri, untuk devisa yang hilang kurang lebih US6 miliar. Hilangnya pajak retribusi kami perkirakan untuk pajak hotel restoran drop lebih dari 80 persen. Dan sampai Juni, 8.000 hotel restoran tutup [sehingga] kehilangan US$40 triliun-US$ 45 triliun, dan kerugian maskapai US$812 juta,” jelasnya Mid-Year Economic Outlook 2020, Selasa (28/7/2020).
Khusus untuk okupansi, Hariyadi menyebut rata-rata okupansi atau tingkat hunian perhotelan di Jakarta hanya 20 persen, Batam 10 persen, Bali 1 persen, Surabaya 15 persen, Makassar 8 persen, Yogyakarta 10 persen, Semarang 15 persen, Medan 10 persen, dan Malang 15 persen hingga pertengahan Juli 2020.
"Untuk resort hotel tingkat hunian sedikit lebih baik hanya pada akhir pekan," tambahnya.
Di sisi lain, kegiatan meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE) diakuinya sudah mulai berjalan tapi kapasitas hanya 50 persen. Penurunan penerbangan dan mahalnya tes Covid juga membuat permintaan di daerah turun.
Lebih lanjut, dia menekankan penanganan Covid-19 yang tidak optimal di awal membuat kerugian di sektor ini menjadi lebih dalam.
“Kami sangat terpukul dengan penanganan kurang optimal adalah adanya pembatasan aktivitas yang langsung berimbas pada pergerakan masyarakat, penurunan permintaan dipengaruhi PHK, dan kekhawatiran masyarakat akan sebaran, serta perubahan perilaku masyarakat,” jelasnya.