Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah gencar merealisasikan program hilirisasi nikel. Pasalnya, program tersebut menyumbang signifikan pada penerimaan negara dan nilai tambah ekonomi nasional.
"Kami lihat ini positif dan seharusnya kita lakukan dari dahulu kita," jelas Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani saat menghadiri talkshow bertajuk Economic Challenges di MetroTV, Senin (27/7/2020).
Menurutnya, program itu harus terus diperbaiki. Pasalnya, penyerapan tenaga kerja hasil program itu terbilang signifikan.
Di sisi lain, jelas dia, transfer pengetahuan juga terjadi dengan hadirnya investor asing di sektor pengolahan nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara. Apalagi, jelas dia, peningkatan ekonomi mulai terjadi di kawasan sekitarnya.
"Ke depan, dampaknya dirasakan juga oleh produk turunannya. Kita pengusaha sangat mendukung ya, pengusaha kita juga ada yang masuk," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan memprediksi dengan program hilirisasi nikel yang tengah dijalankan pemerintah akan menyumbang penerimaan negara hingga US$10 miliar dari hasil ekspor.
Baca Juga
“Dengan hilirisasi, paling tidak sudah menyumbang tahun ini [2020] perkiraan kami US$ 10 miliar. Kemudian Pariwisata kami harap juga bisa me-rebound kalau bisa naik berapa persen juga akan berdampak ke [ekonomi] kita,” ujarnya dalam Webinar bertajuk Investasi di tengah Pandemi, Sabtu, (25/7/2020).
Dia menjelaskan bahwa saat ini Indonesia tengah berfokus untuk menyasar program hilirisasi hasil pertambangan. Luhut menegaskan hilirisasi hasil pertambangan akan menjadi program berlanjutan yang dibutuhkan oleh generasi muda ke depan.
Dia mengungkapkan dirinya telah menyampaikan potensi hilirisasi kepada Presiden RI, Joko Widodo. “Saya lapor presiden bahwa kita harus tahu turunannya. pasti orang engga suka, tetapi selang beberapa tahun mereka pasti mensyukuri bapak [Jokowi] telah buat ini’,"ungkap Luhut.