Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dorong Ekspor, Pelaku Usaha Minta Dukungan Fasilitas Produksi

Pemerintah diharapkan dapat memberi dukungan fasilitas produksi agar aksi ekspor dapat optimal kala pasar kembali pulih.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA- Kalangan pelaku industri manufaktur menyatakan kesiapan dalam mendorong ekspor meski tetap menjadikan tren permintaan global sebagai acuan.

Selain itu, pemerintah pun diharapkan dapat memberi dukungan fasilitas produksi agar aksi ekspor dapat optimal kala pasar kembali pulih.

“Agen Pemegang Merek tentunya siap untuk ekspor sebanyak-banyaknya, tergantung bagaimana permintaan di negara tujuan ekspor dan arahan dari para prinsipal di kantor pusat,” kata Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto kala dihubungi pada Minggu (26/7/2020).

Otomotif sendiri menjadi salah satu produk yang ekspornya diharapkan dapat didorong dalam strategi jangka pendek yang ditetapkan Kementerian Perdagangan.

Berdasarkan data Gaikindo, total kumulatif ekspor kendaraan secara utuh (completely built up/CBU) pada semester pertama 2020 mencapai 104.158 unit. Angka itu turun 24,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.

Meski demikian, kinerja ekspor CBU pada Juni jauh lebih baik dibandingkan dengan Mei. Ekspor CBU pada Juni tercatat berjumlah 8.731 unit. Jumlah itu naik 33,5 persen dibandingkan dengan ekspor pada Mei yang berjumlah 6.540 unit.

Di sisi lain, Gaikindo juga memprediksi kinerja ekspor otomotif nasional pada 2020 akan terkoreksi sampai 50 persen sebagai imbas dari melemahnya permintaan selama pandemi Covid-19.

Guna memastikan produsen di dalam negeri siap berproduksi kala permintaan telah pulih, Jongkie berharap pemerintah dapat memberi stimulus langsung yang menyasar harga mobil produksi dalam negeri. Terutama pada mobil dengan pasar terbesar yakni tipe 4x2 dengan kapasitas mesin di bawah 1500cc yang harganya di bawah Rp300 juta per unit.

“Dengan demikian harga menjadi lebih terjangkau dan volume penjualannya meningkat. Produksi mobil dan komponennya pun dapat segera bergulir. Kami harap stimulus dapat diberikan untuk satu tahun ke depan saja, sampai daya beli masyarakat pulih,” ujar Jongkie.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Lakshmi Sidarta belum dapat memperkirakan kapan permintaan pada produk sawit dapat kembali pulih.

Dia mengatakan pelaku usaha masih melihat apakah penurunan permintaan sawit terjadi untuk sementara atau akan berlangsung pada jangka waktu yang panjang terlepas dari posisi komoditas tersebut sebagai market leader di pasar minyak nabati. 

“Penurunan pada sawit sendiri bukan karena produknya tidak menarik. Tapi karena ada permintaan dari restoran dan hotel yang menurun, kami masih lihat bagaimana perkembangannya. Untuk saat ini yang terpenting adalah selain menjaga ekspor, penyerapan di dalam negeri tetap harus ditingkatkan,” ujar Kanya.

Tingkat permintaan sawit di dalam negeri memang menjadi penyeimbang di tengah melemahnya permintaan global. Berdasarkan data Gapki, konsumsi sawit domestik selama Januari-Mei 2020 mencapai konsumsi 7,33 juta ton atau naik 3,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, volume ekspor justru terkoreksi sampai 13,7 persen menjadi 12,73 juta ton sepanjang Januari-Mei 2020.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menyatakan strategi jangka pendek untuk menjaga kinerja ekspor perlu diarahkan pada produk-produk yang telah memiliki pasar dan menikmati fasilitas perdagangan dari hasil kesepakatan antarnegara.

Di sisi lain, dia pun menyebutkan bahwa produk pertanian memiliki prospek ekspor yang lebih besar karena menopang perekonomian dan serapan tenaga kerja yang besar.

“Kami ingin produk yang kita miliki, tapi terbatas di negara lain bisa kita dorong ekspornya. Misal untuk cokelat, tak semua negara punya tetapi hampir semua berminat. Pemilihan produk ekspor bisa berangkat dari pendekatan itu,” ujar Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper