Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III telah menyusun sejumlah strategi guna mengadaptasi kenormalan baru dilakukan sebagai upaya stimulasi perekonomian dan mendorong ekspor.
Direktur Utama Pelindo III Saefudin Noer mengatakan antisipasi dari sisi manusia merupakan yang utama dan setelah itu baru dari sisi operasi.
"Kami mau tidak mau harus adaptasi sehingga SDM kami diselamatkan diperkuat kesehatannya, pada wilayah kami ada titik tertentu zona merah, setengah karyawan WFH, jam kerja dikurangi, multivitamin, physical distancing," jelasnya, Rabu (22/7/2020).
Pihaknya melakukan sejumlah upaya pemulihan di masa adaptasi kebiasaan baru diantaranya melalui perubahan masa openstack kapal dari 3 hari menjadi 5 hari. Pola ini diklaim memberikan efisiensi biaya sebesar 65 persen karena peti kemas ekspor dari pabrik langsung ke terminal peti kemas. Hal ini menguntungkan para eksportir dan forwarding.
Menurutnya ada pula kebijakan mengubah masa penumpukan peti kemas kosong impor dari 3 hari menjadi 7 hari, masa pertama dihitung 7 hari pertama. Sementara hari ke-8 dan seterusnya dikenakan tarif tetap yang dihitung per hari sebesar tarif masa pertama yang berlaku.
Dengan begitu, imbuhnya, pola ini memberikan efisiensi biaya sebesar 44 persen karena eksportir dapat langsung mengambil peti kemas ke terminal untuk dibawa ke pabrik, upaya ini sebagai stimulus peningkatan ekspor dan tentunya menguntungkan bagi eksportir.
Baca Juga
Selain itu, kata dia, Pelindo III memberi kemudahan berupa transhipment antar terminal dengan menurunkan biaya terminal handling charge (CHC) peti kemas domestik khususnya di Pelabuhan Tanjung Perak.
Kesepakatan dilakukan antara Pelindo III dengan perusahaan pelayaran, diskon tarif transhipment ditetapkan sebesar 35 persen dari tarif paket bongkar muat. Eksportir akan mendapatkan manfaat sehingga dapat menstimulasi ekspor, yang terkait dengan ini pelayaran, eksportir/consignee, dan forwarding.
Pihaknya juga memberikan program kepastian waktu sandar dan ketersediaan tambatan antar pelabuhan dalam rute tertentu pada perusahaan pelayaran peti kemas guna meningkatkan kinerja dan produksi.
Program ini mempersingkat waktu turn round voyage (TRV) sehingga memberikan efisiensi antara 28-33 persen untuk pelayaran seperti rute Surabaya-Banjarmasin. Utilisasi kapal peti kemas juga dapat meningkat hingga 30 persen.