Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar Negara PDB Terbesar pada 2024: China Nomor 1, Indonesia Peringkat 5

Berdasarkan data Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), sejumlah negara di kawasan Asia diprediksi akan mendominasi daftar negara yang memiliki produk domestik bruto (PDB) terbesar di dunia pada 2024. Ini artinya negara-negara Asia bakal menggeser posisi yang sebelumnya ditempati oleh negara di kawasan Eropa.
World Economic Forum/Istimewa
World Economic Forum/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia diramal menempati posisi kelima negara yang memiliki produk domestik bruto (PDB) terbesar di dunia pada 2024.

Berdasarkan data Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), sejumlah negara di kawasan Asia diprediksi akan mendominasi daftar negara yang memiliki produk domestik bruto (PDB) terbesar di dunia pada 2024. Ini artinya negara-negara Asia bakal menggeser posisi yang sebelumnya ditempati oleh negara di kawasan Eropa.

Mengacu pada data World Economic Forum (WEF), perekonomian China telah berlari sejak dua dekade silam. Pada 1992, ekonomi China hanya menempati posisi 10 negara dengan PDB terbesar di dunia.

Kinerja ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut melonjak ke peringkat tiga pada 2008, di bawah Amerika Serikat dan Jepang. Bank Dunia dan IMF lantas memprediksi China bakal menduduki peringkat pertama empat tahun mendatang serta menggeser posisi Amerika Serikat.

Sementara itu, India dan Indonesia diprediksi bakal melesat ke peringkat 3 dan 5 negara dengan PDB terbesar dunia pada 2024. Jepang, sebagai runner up pad 1992 dan 2008, bakal turun ke peringkat 4. Peringkat Rusia juga bakal naik dari posisi 9 ke 6 pada 2024.

World Economic Forum menilai masifnya perkembangan kelas menengah di Asia menjadi faktor utama perubahan peringkat negara-negara berpenghasilan terbesar dunia beberapa tahun mendatang.

"Indonesia, bersama dengan Filipina dan Malaysia, diperkirakan akan meningkatkan angkatan kerja mereka secara signifikan pada beberapa tahun. Hal ini berkontribusi pada peningkatan pendapatan rata-rata untuk konsumsi," tulis World Economic Forum seperti dikutip, Rabu (22/7/2020).

Lebih lanjut, perusahaan multi nasional Asia seperti Huawei (China) dan Tata (India), diprediksi akan terus bersinar pada perdagangan global. Namun, pertumbuhan di Asia juga menimbulkan permasalahan. Lembaga Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) mencatat kesenjangan antara pendapatan di pedesaan dan perkotaan tumbuh sangat cepat.

"Degradasi lingkungan dan tata kelola untuk lembaga pemerintah menjadi tantangan baru negara-negara Asia," tulis FAO.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo punya kepercayaan diri tinggi bahwa pada 2045 mendatang Indonesia bisa jadi salah satu negara kaya di dunia. Menurutnya, status Indonesia yang baru saja naik dari negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower-middle income), di satu sisi, akan mendesak pemerintah dan seluruh elemen terkait untuk melakukan reformasi dan bergerak cepat mengejar target sebagai negara berpenghasilan tinggi (high income).

Sebagai catatan, bila mengacu kriteria yang ditetapkan Bank Dunia per hari ini, suatu negara dapat dikatakan berpenghasilan tinggi bila mampu menghasilkan Gross National Income (GNI) di atas US$12.535. Di sisi lain, pada 2019 lalu capaian GNI Indonesia berada pada angka US$4.050. Angka tersebut memang lebih baik ketimbang catatan GNI Indonesia tahun sebelumnya yang cuma US$3.840.

Namun, untuk mencapai target berpenghasilan tinggi posisi Indonesia jelas masih jauh. Perlu peningkatan GNI hampir 3 kali lipat dan untuk itu, kata Jokowi, banyak PR yang harus diselesaikan.

“Semua itu butuh prasyarat, kita butuh infrastruktur yang efisien ini sudah mulai kita bangun. Kita butuh cara kerja yang cepat, kompetitif dan beroritentasi pada hasil ini terus kita upayakan dan kita butuh SDM yang unggul yang produktif yang inovatif yang komeptitif,” tegasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper