Bisnis.com, SURABAYA — Tingkat hunian perkantoran sewa di Surabaya pada 2020—2021 perkirakan turun tajam menjadi 62 persen hingga 55 persen akibat adanya tambahan pasokan ruang kantor yang baru sekaligus adanya kecenderungan wait and see dari penyewa dan investor.
Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto mengatakan bahwa proyeksi ruang perkantoran baru pada 2020—2021 memang bertambah seiring dengan selesainya pembangunan proyek dari pengembang yakni akan ada sekitar 230.000 meter persegi ruang kantor yang masuk ke pasar terutama di wilayah Surabaya Barat.
“Bertambahnya pasok kantor yang besar ini akan menyebabkan tingkat hunian turun tajam, ditambah lagi tahun ini penyewa cenderung wait and see untuk berekspansi atau relokasi,” katanya, Jumat (17/7/2020).
Dia mengatakan bahwa memang total kumulatif pasokan ruang perkantoran di Surabaya pada kuartal I/2020 tercatat masih 482.000 meter persegi atau hanya sekitar 5 persen dari pasokan kantor di Jakarta.
Menurutnya, tren berkantor di sebuah gedung untuk Surabaya belum terlalu kuat karena kecenderungan pengusaha masih menyukai usaha di ruko.
Berdasarkan data Colliers International, tingkat hunian perkantoran di Surabaya pada semester I/2020 tercatat mencapai rerata 69 persen. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan tingkat hunian pada semester I/2019 yakni sekitar 77 persen.
Meski tingkat hunian bakal menurun, tambah Ferry, tren tarif sewa perkantoran Surabaya masih terolong stabil, bahkan pada saat pandemi Covid-19, hanya saja pemilik gedung akan mengalami tekanan saat negosiasi.
“Jadi, pengembang pun diharapkan lebih aktif memasarkan properti milik mereka terutama ke wilayah yang berpotensi mendatangkan penyewa baru, seperti dari Jakarta dan wilayah Indonesia Timur,” imbuhnya.
Direktur Pemasaran PT Intiland Development Tbk. (DILD) Harto Laksono mengatakan bahwa pasar perkantoran sampai akhir kuartal II/2020 memang belum banyak permintaan, terutama untuk ruang besar.
“Perusahaan yang butuh space lebih besar banyak yang menunda sampai akhir tahun sambil melihat kondisi pandemi, tapi bagi sektor bisnis yang masih tidak terdampak pandemi ada kebutuhan menambah space karena adanya social distancing,” ujarnya.